REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Belakangan ini, bersamaan dengan menguatnya arus konservatisme agama, kontestasi politik kekuasaan di Indonesia diwarnai fenomena pemanfaatan isu-isu ras dan agama. Bola panas isu tersebut mulai bergulir sejak pemilihan gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu.
Bahkan, beberapa figur dari komunitas Hadhrami (yang selama ini dikenal sebagai keturunan Arab) menjadi ikon dari salah satu kubu dalam kontestasi dunia politik di Indonesia. Misalnya saja, Habib Rizieq Shihab.
Salah satu pembicara dalam seminar bertajuk "Merayakan Keragaman Etnis di Keturunan Hadhrami di Indonesia" di Universitas Indonesia, Ben Sohib mengungkapkan, munculnya fenomena tersebut menyebabkan polemik di internal Hadhrami. Sebagian ada yang setuju dengan Islam politik Habib Rizieq, ada pula yang tidak setuju.
Ben menjelaskan baik kubu yang setuju ataupun tidak keduanya mengacu pada aliran sufisme yang jalani oleh para habaib, yakni Tarekat Alawiyyah. Menurut Ben, tarekat Alawiyyah itu sendiri semacam jalan teologi dari habaib. Penyucian batin yang sifatnya, tidak berkaitan dengan wilayah politik.
Namun, dalam tarekat itu, juga dijelaskan bagaimana aturan main atau bahkan posisi bagi para Hadhrami dalam politik. Sementara itu, untuk ritual-ritual yang biasa dilakukan yaitu seperti pembacaan doa, wirid dan maulid.
"Argumentasi bagi para pendukung Habib Rizieq itu, ya langkah dia tidak bertentangan dengan ajaran tarekat Alawiyyah. Karena itu adalah pemaknaan yang dinamis tidak merasa menentang, di sisi lain ada yang memandang bahwa apa yang dilakukan Habib Rizieq adalah suatu hal yang bertentangan," kata Ben kepada Republika di UI Depok, Kamis (26/4).
Ben mengatakan, salah satu yang dikritisi dari politik islam yang dilakoni Habib Rizieq yakni sikap konservatifnya. Bahkan, stigma masyarakat luas tentang komunitas Hadhrami merupakan representasi dari kubu politik tertentu. Habib Jindan bin Novel kata Ben, yang selama ini cukup banyak mengkritisi politik Islam Habib Rizieq.
"Meskipun sebenarnya, Habib Jindan tidak pernah secara langsung menyebut nama (Habib Rizieq). Tapi di setiap ceramahnya atau disetiap kesempatan dia selalu mengampanyekan Islam yang santun, halus, tidak kasar. Dan itu direfresentasikan untuk Habib Rizieq," kata dia.