Kamis 26 Apr 2018 22:49 WIB

Pejabat PBB: Situasi Suriah Sangat Mengerikan

Sebenyak 5,6 juta warga Suriah sangat memerlukan bantuan.

Red: Nur Aini
Dalam gambar yang diambil oleh Angkatan Laut AS, kapal penjelajah kendali-rudal USS Monterey (CG 61) menembakkan rudal Tomahawk ke Suriah, Sabtu, (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.
Foto: Letnan john Matthew Daniels / Angkatan Laut AS melalui AP
Dalam gambar yang diambil oleh Angkatan Laut AS, kapal penjelajah kendali-rudal USS Monterey (CG 61) menembakkan rudal Tomahawk ke Suriah, Sabtu, (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Seorang pejabat PBB memberikan gambaran suram mengenai situasi kemanusiaan di Suriah. Dia meminta akses penuh untuk orang yang memerlukan bantuan.

"Setelah tujuh tahun konflik yang terus memperlihatkan peningkatan demi peningkatan, rakyat Suriah dalam kondisi kekurangan," kata Asisten Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kemanusiaan Ursula Mueller kepada Dewan Keamanan pada Rabu (25/4).

Dari 13,1 juta orang yang memerlukan bantuan, sebanyak 5,6 juta sangat memerlukan bantuan. Meskipun Resolusi 2401 Dewan Keamanan PBB disahkan pada Februari guna menuntut gencatan senjata di seluruh Suriah, serangan terhadap warga sipil dan prasarana sipil telah mencapai tingkat tertinggi sejak konflik meletus.

Selama tiga bulan pertama 2018, PBB mencatat 72 serangan terhadap instalasi kesehatan, dibandingkan dengan 112 serangan secara keseluruhan pada 2017.

"Pada saat yang sama, akses kemanusiaan lintas-wilayah masih sangat terbatas, hanya lima rombongan diperkenankan sejauh ini pada 2018," katanya.

Meskipun Ghouta Timur tidak lagi terkepung sebab wilayah tersebut telah berada di bawah kekuasaan Pemerintah Suriah, PBB belum diberi akses ke Douma. Di sana, sebanyak 70 ribu orang masih sangat memerlukan bantuan kemanusiaan setelah tujuh tahun pengepungan dan berbulan-bulan serangan udara serta pemboman gencar.

PBB terakhir kali diperkenankan mencapai Douma di Ghouta Timur pada 15 Maret, dengan membawa bantuan hanya untuk 26 ribu orang. "Lebih dari 160 ribu orang meninggalkan Ghouta Timur antara 9 Maret dan 15 April, setelah berpekan-pekan pertempuran," kata Ursula Mueller.

Telah terjadi peningkatan mengerikan bentrokan antara pasukan pemerintah dan kelompok oposisi non-negara yang bersenjata di pedesaan Homs di Suriah Utara dan Gubernuran Hama di bagian selatan negeri tersebut. Hal itu mempengaruhi sebanyak 210 ribu orang di daerah itu.

PBB telah menerima laporan mengenai serangan udara dan serangan yang berpusat di darat sehingga merenggut sejumlah korban jiwa di pihak sipil, kerusakan prasaran sipil dan pengungsian warga sipil.Situasi di wilayah Idlib, Suriah Utara, juga masih mengerikan, hampir 400 ribu orang kehilangan tempat tinggal sejak pertengahan Desember. Puluhan ribu orang mengungsi dari wilayah selatan, termasuk Ghouta Timur.

"Benar-benar tak ada lagi lokasi atau tempat penampungan yang tersedia buat banyak orang yang baru tiba. Telah terjadi peningkatan 25 persen orang yang mengungsi di Idlib dibandingkan dengan setahun lalu. Dan 1,2 juta dari dua juta orang di wilayah itu sekarang mengungsi, banyak di antara mereka berkali-kali," ia menambahkan.

Situasi mengerikan memberi tekanan yang sangat besar pada masyarakat penampung. Selain itu, dalam beberapa pekan belakangan, serangan udara telah menghantam rumah sakit dan pasar, sangat dekat dengan tempat penampungan pengungsi di dalam negeri. Serangan udara tersebut dilaporkan menewaskan sejumlah warga sipil, termasuk banyak perempuan dan anak kecil.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement