REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Keluarga Avicii, yang ditemukan tewas pada pekan lalu di Oman dalam usia 28 tahun, menerbitkan pernyataan mengenai kematian disjoki asal Swedia tersebut. Pernyataan itu menyebut Avicii berjuang dengan kehidupannya dan "tidak bisa bertahan lebih lama lagi."
Dalam pernyataan pertama tentang kematian Avicii, yang penyebabnya belum diungkapkan, keluarga mengatakan, "Dia betul-betul berjuang dengan pemikiran tentang makna, hidup, kebahagiaan. Dia tidak bisa tinggal lebih lama lagi. Dia ingin menemukan kedamaian."
Pernyataan itu diperkirakan menunjukkan bahwa pemusik dan pembuat musik dansa elektronik (EDM) itu bunuh diri. Humasnya di Amerika Serikat, Diana Baron, menolak menanggapi lebih lanjut.
Avicii, yang bernama asli Tim Bergling, adalah salah satu bintang EDM terbesar. Dia ditemukan meninggal di Muscat, Oman, pada Jumat (20/4). Namun, penyebab kematiannya tidak diumumkan.
Avicii, yang dikenal dengan hit internasional, seperti, "Wake Me Up" dan "Hey Brother", mengumumkan pada 2016 bahwa ia pensiun dari tur, dengan menyebut tentang tuntutan gaya hidup.
"Tim yang kita cintai adalah seorang pencari, jiwa artistik yang rapuh yang mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan eksistensial. Seorang perfeksionis yang mencapai prestasi tinggi yang bepergian dan bekerja keras dengan kecepatan yang menyebabkan stres yang luar biasa," kata pernyataan keluarga tersebut pada Kamis.
"Ketika dia berhenti melakukan tur, dia ingin menemukan keseimbangan dalam hidup untuk bahagia dan dapat melakukan yang paling dia sukai--musik," ujarnya.
Kematian Avicii mengejutkan dunia musik, khususnya di Eropa. Lonceng gereja memainkan salah satu hit terbesar Avicii di ibu kota Swedia, Stockholm, pada Selasa (24/4).