REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan rupiah terhadap mata uang dolar memberi dampak pada utang swasta. Terutama bagi pihak swasta yang belum di hedging. "Nah itu pasti kena dampaknyalah, tapi ya kembali lagi tergantung perusahaan," kata ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani.
Apalagi bagi perusahaan yang banyak melakukan impor. Rosan menambahkan, impor sebenarnya tidak menjadi masalah asalkan dijadikan suatu barang yang produktif untuk kemudian diekspor. Namun menurutnya, perusahaan-perusahaan di Indonesia justru lebih besar melakukan impor ketimbang ekspor.
Industri makanan dan minuman (mamin), kimia dan farmasi merupakan salah satunya. Industri ini menggunakan bahan baku dari produk impor. Lain halnya dengan perusahaan tambang dan batubara yang sebagian besar melakukan ekspor. "Mereka senang-senang aja," ujar dia.
Bagi pengusaha, ia melanjutkan, kestabilan nilai mata uang menjadi penting. Fluktuasi yang terjadi saat ini membuat pihaknya kesulitan dalam melakukan perencanaan. Terutama jika kenaikan terjadi signifikan yang pastinya mempengaruhi perusahaan. "Swing gini kita akan repot," katanya.
Pelemahan rupiah saat ini menembus Rp 13.930. Sebagai pengusaha, pihaknya ingin rupiah berada di kisaran Rp 13.500 hingga Rp 13.800 karena, pada posisi lemah saat ini akan sangat sulit kembali di angka Rp 13.500.
Sementara itu, dengan adanya gelaran Asian Games mendatang, pertumbuhan Indonesia bisa mengalami peningkatan. Menurut Rosan, konsumsi akan naik begitu juga dengan kebutuhan jasa. "Ingat, pertumbuhan kita 50 persen lebih domestic consumption. Tapi yang lebih bisa membantu adalah harga komoditas yang tinggi yang sekarang masih lumayan," tambah dia.