Sabtu 28 Apr 2018 12:11 WIB

Jadi Korban Bullying, Siswa Tusuk Belasan Teman Sekolah

Tujuh siswa meninggal akibat luka tusuk, sementara 12 lainnya menderita cedera

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Bullying School
Foto: Foto : MgRol_93
Ilustrasi Bullying School

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina diterpa penusukan massal yang terjadi pada sebuah sekolah di provinsi Shaanxi. Sebanyak tujuh siswa meninggal akibat menderita luka tusuk dalam peristiwa terebut. Sementara 12 lainnya menderita cedera.

 

Kepolisian setempat mengatakan, korban tewas terdiri dari lima perempuan dan dua laki-laki. Sementara, sembilan wanita dan tiga pria yang merupakan korban cedera dari peristiwa tersebut segera dilarikan kerumah sakit.

 

Otoritas setempat mengatakan, pelaku penusukan yang berhasil diamankan bernama Zhao yang tinggal di desa Zhaojiashan. Kepada aparat, Zhao mengaku melakukan penusukan tersebut setelah mendapatkan bully dari rekan-rekannya di sekolah.

 

"Dia membenci teman sekolahnya hingga pada akhirnya memutuskan untuk melakukan penuskan menggunakan sebilah belati," kata Biro Keamanan daerah setempat seperti diwartakan Guardian, Sabtu (28/4).

 

Sementara, pembunuhan massal merupakan peristiwa yang tidak jarang terjadi di Cina. Pada Februari lalu, seorang pria membunuh seorang wanita dan melukai 12 lainnya di sebuah pusat perbelanjaan di Beijing.

 

Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, pelaku serangan kerap mengincar anak-anak. Pada Januari 2017, seorang pria melukai 11 anak di taman kanak-kanak di daerah otonomi Guangxi Zhuang menggunakan sebilah pusai dapur.

 

Pada Februari 2016, seorang pelaku melukai 10 anak di Haikou, provinsi selatan pulau Hainan. Pelaku akhirnya melakukan bunuh diri sebelum diamankan petugas.

 

Otoritas Cina belakangan telah meningkatkan keamanan di sekitar sekolah. Pemerintah juga dituntut untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait maraknya kasus penusukan tersebut.

 

Tindak kejahatan yang disertai kekerasan di Cina terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Kesenjangan kesejahteraan yang terjadi ditengah peningkatan ekonomi disebut-sebut menjadi penyebab kasus terjadi.

 

Studi juga menunjukkan adanya peningkatan masalah kesehatan mental terhadap masyarakat. Hal ini dikaitkan dengan stres yang dipicu laju kehidupan yang menjadi lebih cepat ditambah sistem pendukung kependudukan menurun.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement