REPUBLIKA.CO.ID, BANJARBARU -- Kabupaten Hulu Sungai Utara memiliki satu produk seni budaya khas yang kini sudah hampir punah. Ia adalah Tenun Sungai Tabukan.
Kepala Museum Lambung Mangkurat Kalsel Ikhlas Budi Prayogo di Banjarbaru, Sabtu (28/4) mengatakan, perajin tenun Sungai Tabukan itu sudah sangat sedikit yang masih membuatnya. "Tenun Sungai Tabukan sudah hampir punah karena perajin tinggal beberapa orang," ujar dia.
Tenun Sungai Tabukan merupakan salah satu yang ditampilkan dalam ajang Wastra Borneo ke-6 digelar di Museum Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan. Pameran ini diharap bisa menjaga kelestarian tenun khas itu.
Menurut Ikhlas, tenun di kabupaten yang berjarak sekitar 200 kilometer dari ibukota Kalsel, Banjarmasin itu sekarang hanya dibuat sesuai pesanan orang yang memerlukannya.
Dijelaskan, kain tenun itu biasanya digunakan untuk pengobatan tradisional sehingga pembuatannya harus melalui tertentu sesuai adat-istiadat masyarakat karena fungsinya untuk pengobatan.
"Kami berupaya ikut berperan dalam pelestarian Tenun Sungai Tabukan karena merupakan salah satu khasanah budaya daerah yang harus dijaga kelestariannya agar tidak punah," ungkapnya.
Dikatakan, selain menampilkan Tenun Sungai Tabukan, Kain Sasirangan yang merupakan kain khas masyarakat Kalsel juga dipajang sehingga pengunjung bisa mengetahui jenis dan motifnya.
"Kain sasirangan banyak jenis maupun motifnya sehingga kami tampilkan juga, termasuk kain dari kulit kayu dipajang dan cukup banyak pengunjung tertarik melihatnya," ujar dia.
Ditambahkan, Wastra Borneo ke-6 digelar sejak 25 April hingga 3 Mei 2018 di ruang pameran Museum Lambung Mangkurat Jalan Jenderal Ahmad Yani km 35 Kota Banjarbaru.
Delapan museum se-Pulau Kalimantan dan dua museum dari Jawa Tengah ikut menampilkan aneka khasanah kain asli daerah di ajang pelestarian kain khas dari penjuru Borneo atau Pulau Kalimantan.
Sementara, museum negara tetangga yakni Museum Brunei Darussalam menampilkan tiga kain tradisional terdiri atas Sinjanh Tenun Brunei, Sarung Sukma Indera dan Sarung Jong Sarat.
Museum Serawak menampilkan Sirat, Sarung Songket Beturus, Pua Sungkit, dan Sarung Songket Batabur sedangkan Museum Sabah menghadirkan Kain Pis, Dastar, Siga, dan Sigal.