Ahad 29 Apr 2018 07:11 WIB

Angin Topan Tewaskan 135 Ribu Orang di Bangladesh

Angin topan 1991 di Bangladesh menjadi salah satu bencana terburuk abad 20.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Angin Topan (ilustrasi)
Foto: AP
Angin Topan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Pada 29 April 1991, bencana alam angin topan menerjang Bangladesh dan menewaskan lebih dari 135 ribu orang. Meskipun sudah ada banyak peringatan akan datangnya badai dan sejumlah tempat pengungsian telah dibangun, bencana tersebut masih menjadi salah satu bencana terburuk di abad ke-20, setelah badai mematikan pada 1970.

Dilansir dari History, ada pemberian nama yang berbeda untuk setiap badai yang muncul terkait lokasi terciptanya badai tersebut. "Cyclone" adalah nama yang diberikan untuk badai yang muncul di Samudra Hindia. "Typhoon" adalah nama untuk badai yang muncul di Samudra Pasifik, dan "Hurricane" adalah nama badai yang muncul di Samudera Atlantik.

Cyclone 2B yang menerjang Bangladesh sebelumnya telah dilacak selama sepekan, ketika mulai muncul di Samudera Hindia dan bergerak ke utara melalui Teluk Benggala. Angin topan ini menghantam pantai tenggara Bangladesh pada 29 April.

Wilayah tenggara Bangladesh adalah wilayah delta sungai, tempat Sungai Gangga dan sungai-sungai lainnya mengalir ke Samudra Hindia. Wilayah itu sangat rentan terhadap banjir dan juga telah menjadi jalur yang banyak dilalui angin topan.

Meski berbahaya, penduduk miskin di wilayah itu terus hidup di daerah tersebut karena tanahnya yang subur. Ribuan orang juga mendiami pulau-pulau kecil di tenggara negara itu.

Pada 1970, hampir setengah juta orang kehilangan nyawanya karena angin topan besar. Badai itu mendorong penduduk setempat untuk membangun beberapa tempat perlindungan. Namun, mereka tidak cukup belajar dari peristiwa tersebut.

Setelah mendapat banyak peringatan sebelum datangnya angin topan pada 1991, para penduduk tidak segera berlindung di tempat penampungan yang telah disediakan. Mereka justru memutuskan untuk berlindung hanya di dalam gubuk lumpur dan jerami milik mereka sendiri.

Saat badai datang dengan kecepatan 150 mil per jam, angin menyebabkan gelombang air naik setinggi 20 kaki di seluruh wilayah. Beberapa pulau kecil sepenuhnya tersapu air, ribuan orang hanyut ke laut dan tenggelam selama sembilan jam.

Butuh beberapa minggu untuk menemukan jasad para korban. Sebanyak 1,5 juta rumah hancur karena Cyclone 2B. Selain itu, satu juta ekor ternak hilang. Karena bencana tersebut, penduduk kehilangan banyak hasil panen dan kelaparan mengintai para korban selamat.

Tujuh dari sembilan badai paling mematikan di abad ke-20 terjadi di Bangladesh. Sistem peringatan dan perlindungan telah ditingkatkan sejak 1991, sehingga topan besar yang terjadi pada 1997 hanya memakan korban yang jumlahnya jauh lebih rendah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement