REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Seorang pria terlihat menangis di belakang Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un, ketika keduanya mengumumkan perjanjian bersejarah pada Jumat (27/4). Pria itu adalah Kepala Dinas Intelijen Nasional Korsel (NIS), Suh-hoon, yang selama dua dekade ini telah bekerja keras untuk mengupayakan dialog antara Korsel dan Korut yang bermusuhan.
Pada 2000, Suh-hoon melakukan perjalanan ke Pyongyang untuk membujuk pemimpin Korut Kim Jong-il agar mengadakan KTT antar-Korea. Siapa sangka 18 tahun kemudian ia menyaksikan putra Kim Jong-il menjanjikan perdamaian di semenanjung Korea, tepat di perbatasan kedua negara.
Pada Jumat (27/4), untuk pertama kalinya pemimpin Korut menginjakkan kaki di tanah Korsel sejak Perang Korea pada 1950-1953. Kedua negara itu terpecah dalam keadaan perang.
Pertemuan penting itu terjadi kurang dari setahun setelah Moon Jae-in menjabat sebagai presiden Korsel dan mengangkat Suh sebagai kepala Dinas Intelijen Nasional. Moon mengatakan, Suh adalah orang yang tepat untuk menghidupkan kembali hubungan antar-Korea yang sempat tegang karena senjata nuklir Korut.