Ahad 29 Apr 2018 16:40 WIB

Wiwin Tersenyum Terima Bantuan Kaki Palsu

Perlu ada lebih banyak acara yang peduli penyandang difabel.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Indira Rezkisari
Penyandang difabel Wiwin Harsini menerima bantuan kaki palsu dari Hijaberlari, Ahad (29/4).
Foto: Republika/Christiyaningsih
Penyandang difabel Wiwin Harsini menerima bantuan kaki palsu dari Hijaberlari, Ahad (29/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagi untuk sesama yang membutuhkan bantuan bisa diwujudkan dalam berbagai cara. Bahkan dengan berolahraga pun dapat mengulurkan bantuan kepada penyandang difabel. Hal inilah yang ditunjukkan acara lari bertajuk Hijaberlari.

Acara yang dilangsungkan pada Ahad (29/4) ini tak hanya mengumpulkan ratusan orang untuk berlari. Tetapi dari keikutsertaan mereka juga disisihkan donasi untuk bantuan kaki palsu kepada Wiwin Harsini. Wiwin adalah mantan pengemudi ojek daring yang harus kehilangan kakinya saat mengantar penumpang.

Wanita yang tinggal di Tanjung Priuk ini terpaksa harus kehilangan satu kakinya karena mengalami kecelakaan saat bekerja sebagai ojek daring. Sejak 2015 ia menjalani hidup di kursi roda dan tidak bisa lagi mencari nafkah untuk keluarga. Bahkan mencuci pun ia tidak bisa karena kakinya cepat merasa pegal. "Semoga dengan bantuan kaki palsu saya bisa beraktivitas lagi seperti dulu. Dengan satu kaki saya kesulitan mengerjakan apa-apa sendiri," kata Wiwin dengan rona wajah yang bahagia.

Dari gelaran yang mengusung tagar #KakiBaruUntukSaudaraKita terkumpul donasi senilai Rp 50 juta. Hijaberlari yang diadakan Saliha.id bekerja sama dengan Bazis DKI Jakarta ini secara resmi memberikan kaki palsu usai seluruh peserta menyentuh garis finish.

"Hijaberlari bukan semata-mata acara olahraga tapi juga ada kepedulian terhadap sesama. Semoga bantuan ini menjadi pahala bagi seluruh peserta Hijaberlari," kata Kabid Pengumpulan Bazis DKI Jakarta, Djumhana.

Ia berharap akan makin banyak acara-acara olahraga yang dibalut dengan gerakan donasi untuk kaum difabel. "Dengan demikian penyandang difabel yang awalnya mustahik bisa lebih berdaya dan berubah menjadi muzaki," harap Djumhana.

Berlari sambil berbagi

Olahraga tak semata-mata bertujuan menciptakan tubuh yang sehat. Lebih dari itu, lewat olahraga siapapun bisa berbagi dengan sesama. Pesan inilah yang ingin disampaikan gelaran Hijaberlari.

"Saya baru saja menyukai olahraga lari. Ini event ketiga yang saya ikuti, salah satunya alasa ketertarikan saya karena dengan ikut Hijaberlari saya bisa sekaligus beramal," kata seorang peserta bernama Yulia Marliani.

Wanita yang bekerja sebagai PNS tersebut ikut berlari di kategori 5K. Bukan hadiah atau medali semata yang ingin ia raih dari keikutsertaannya ini. Namun keseruan berolahraga bersama ratusan peserta lain dan memberikan bantuan bagi sesama membuatnya bersemangat bangun di pagi buta untuk berlari.

Alasan senada diungkapkan peserta lain bernama Demia Syailia. Pecinta lari yang datang dari komunitas Ganesha Sport Seven (Gears) ini menilai ajakan berdonasi kaki palsu sambil berlari merupakan konsep yang layak dilanjutkan. Apalagi, gelaran Hijaberlari juga sekaligus menjadi ajang syiar Islam. Islam tak lagi dipandang sebagai ajaran yang kaku namun dapat melebur dengan gaya hidup modern tanpa mengurangi nilai religinya.

"Semoga ke depan acara seperti ini bisa terus dilanjutkan dan dikemas dengan lebih Islami lagi tapi tetap menyenangkan," ungkap wanita yang ikut berlari di kategori 10K ini. Tetapi wanita yang bekerja sebagai karyawati bank itu menyayangkan masih ada pengisi acara dan pemenang lomba yang naik panggung tanpa mengenakan hijabnya. "Agar lebih menghargai konsep acara yang mengusung nama hijab, di kemudian hari sebaiknya pengisi acara juga berjilbab dan para pemenang yang naik panggung jangan melepas hijabnya dulu," kata Demia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement