Senin 30 Apr 2018 09:07 WIB

Australia Kucurkan Rp 5,3 Triliun Jaga Great Barrier Reef

Kumpulan terumbu karang terbesar dunia itu menghadapi tekanan lingkungan luar biasa.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pemandangan Great Barrier Reef dari atas langit.
Foto: ABC
Pemandangan Great Barrier Reef dari atas langit.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Pemerintah Australia mengucurkan dana sebesar 500 juta dolar Australia (379 juta dolar AS atau Rp 5,3 triliun) untuk mempertahankan kumpulan terumbu karang terbesar dunia, Great Barrier Reef. Warisan alam itu saat ini disebut menghadapi tekanan lingkungan yang luar biasa.

Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengatakan, dana itu merupakan investasi penyelamatan ikon wisata alam Australia. ''Tantangan besar butuh investasi besar dan investasi ini memberi harapan bagi Great Barrier Reef,'' kata Turnbull seperti dikutip Bloomberg pada Senin (30/4).

Dana yang dikucurkan meliputi 201 juta dolar Australia (Rp 2.133 miliar) untuk pengurangan penggunaan pupuk dan teknologi pengelolaan lahan, 100 juta dolar Australia (Rp 1.061 miliar) untuk riset pemulihan dan daya tahan karang, 58 juta dolar Australia (Rp 616 miliar) untuk memberantas bintang laut pemakan karang, 45 juta dolar Australia (Rp 448 miliar) untuk manajemen pesisir, pembersihan pantai, dan edukasi masyarakat, serta 40 juta dolar Australia (Rp 425 miliar) untuk pengawasan kesehatan terumbu karang.

Pemerintah Australia mengeluarkan dana itu setelah Deloitte Access Economics menaksir valuasi Great Barrier Reef sebesar 56 miliar dolar Australia (Rp 594 triliun). Taksiran itu dibuat berbasis pada puluhan ribu lapangan kerja dan kontribusi Great Barrier Reef terhadap ekonomi Australia yang totalnya mencapai 6,4 miliar dolar Australia (Rp 68 triliun) per tahun.

Sayangnya, kabar dari Deloitte itu keluar setelah hasil riset di jurnal Nature yang menunjukkan 30 persen karang Great Barrier Reef mati akibat serangan gelombang panas sepanjang 2016 lalu. Luas karang yang mati di sana lebih luas dari Jepang.

Aksi penyelamatan Great Barrier Reef juga membuka perdebatan soal masa depan industri batu bara Australia. Sebab, Negeri Kanguru adalah eksportir batu bara terbesar dunia. Batu bara sudah berulang kali dituduh sebagai biang keladi pemanasan global oleh para saintis.

Turnbull sempat kesal dengan para ahli konservasi yang menaikkan target penggunaan energi terbarukan. Apalagi, konglomerat energi India, Adani Enterprises Ltd, akan mengeksplorasi tambah bahan bakar fosil terbesar di Negara Bagian Queensland, negara bagian yang juga dilalui Great Barrier Reef.

The Australian Conservation Foundation menyambut baik kucuran dana itu. Namun, mereka menyatakan, garansi keselamatan Great Barrier Reef pada masa depan bisa terjadi bila polutan penyebab pemanasan global ditekan jumlahnya. Sebab, pemanasan global adalah sebab utama pemutihan karang dan asidifikasi laut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement