REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo melakukan kunjungan ke Tel Aviv untuk bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pada Ahad (29/4).
Dalam pertemuan itu Pompeo mengatakan, relokasi Kedutaan Besar AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem akan dilakukan pada 14 Mei mendatang. Langkah ini bertujuan untuk mengaskan sikap AS yang secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Sebelumnya langkah pengakuan AS tersebut telah menuai banyak kecaman di dunia internasional. Palestina bahkan tak mengakui langkah itu. Bagi Palestina Yerusalem Timur tetap merupakan ibu kota masa depan.
Pertemuan ini juga fokus membahas Iran. Pompeo mengatakan, AS sangat prihatin dengan aktivitas destabilisasi yang dilakukan Iran di wilayah tersebut.
"Kami sangat prihatin akan eskalasi berbahaya Iran yang menimbulkan ancaman terhadap Israel dan kawasan itu," ujar Pompeo yang berbicara di samping Netanyahu.
"Kerja sama yang kuat dengan sekutu dekat [seperti Israel] sangat penting bagi upaya kami untuk melawan kegiatan destabilisasi Iran di Timur Tengah, dan memang, di seluruh dunia."
Baca juga, Trump: Iran Sudah Waktunya Berubah.
Mantan Direktur CIA itu sebelumnya melakukan kunjungan ke Riyadh untuk bertemu dengan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud. Ia ingin menekankan perlunya persatuan di antara sekutu AS di Teluk untuk mengumpulkan dukungan bagi sanksi baru terhadap Iran.
Perjalanan Pompeo ke markas NATO di Brussels dan ke negara-negara sekutu Timur Tengah dilakukan beberapa jam setelah ia resmi menjabat sebagai menteri luar negeri baru AS. Dia bahkan belum mengunjungi kantornya sendiri.
Netanyahu, yang menyebut Pompeo sebagai teman sejati Israel, menggemakan fokus pertemuan itu untuk membahas Iran. Ia menekankan kedekatan AS dan kerja sama Israel dalam masalah ini.
"Saya pikir ancaman terbesar bagi dunia dan kedua negara kami, dan untuk semua negara, adalah militan dengan senjata nuklir, dan khususnya upaya Iran untuk memperoleh senjata nuklir. Kami memiliki pembicaraan yang sangat produktif hari ini," ungkap Netanyahu.
Netanyahu telah menentang negoisasi pemerintahan Presiden Barack Obama dengan Iran untuk mencapai kesepakatan nuklir pada 2015, yang disebutnya sebagai "kesalahan bersejarah". Ia mengatakan Israel bersedia mendukung upaya Presiden AS Donald Trump untuk memperkuat kesepakatan itu.
"Iran harus dihentikan. Pencariannya untuk bom nuklir harus dihentikan. Agresinya harus dihentikan, dan kami berkomitmen untuk menghentikannya bersama-sama," ujar dia.
Sebelumnya di Arab Saudi, Pompeo menegaskan AS akan membatalkan perjanjian nuklir 2015 dengan Iran, kecuali ada pembicaraan dengan mitra Eropa untuk melakukan perbaikan. Perbaikan itu untuk memastikan Iran tidak pernah memiliki senjata nuklir.
"Iran mendestabilisasi seluruh kawasan ini. Iran mendukung milisi dan kelompok-kelompok teroris. Iran adalah penyalur senjata kepada pemberontak Houthi di Yaman. Iran mendukung rezim Assad yang melakukan pembunuhan di Suriah," kata Pompeo, dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir.
Kelompok Houthi yang diduga dipersenjatai Iran disebut telah menembakkan lebih dari 100 rudal ke Arab Saudi. Serangan terakhir menewaskan seorang pria di provinsi Jizan, pada Sabtu (28/4).
AS dan koalisi pimpinan Arab Saudi, yang ikut campur tangan dalam perang saudara di Yaman pada 2015, telah menuduh Iran menyediakan rudal untuk Houthi. Namun tuduhan ini dibantah Teheran.
Pemerintahan Trump tengah mempertimbangkan apakah akan meninggalkan kesepakatan nuklir Iran, sebelum tenggat waktu jatuh pada 12 Mei mendatang.
Pompeo meminta sekutu AS di Teluk untuk menyumbangkan dana dan pasukan guna menstabilkan Irak dan Suriah, tempat koalisi pimpinan AS telah banyak mengalahkan militan ISIS. Awal bulan ini, Jubeir mengatakan Arab Saudi akan siap mengirim pasukan ke Suriah di bawah koalisi pimpinan AS jika keputusan telah diambil.
"Kami akan duduk dan berbicara tentang bagaimana cara terbaik untuk memastikan bukan Amerika sendiri yang mengerjakan ini, tetapi negara-negara Teluk ikut bekerja bersama kami," kata Pompeo.