Senin 30 Apr 2018 15:28 WIB

Menlu Cina Kunjungi Korut Pekan Ini

Cina adalah satu-satunya sekutu ekonomi yang tersisa bagi Korut.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi.
Foto: Reuters
Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi akan mengunjungi Korea Utara (Korut) pekan ini, setelah pembicaraan bersejarah antara Korut dan Korea Selatan (Korsel) Jumat lalu.

Perjalanan ini muncul di tengah-tengah kesibukan aktivitas diplomatik menyusul hari penting di semenanjung itu. Cina adalah satu-satunya sekutu ekonomi yang tersisa bagi Korut. Kendati begitu, ini akan menjadi kunjungan pimpinan tertinggi di sana dalam beberapa tahun, seperti dilaporkan BBC, Senin (30/4).

Pemimpin Korut Kim Jong-un diperkirakan akan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump dalam beberapa minggu mendatang. Korsel sudah berbicara dengan para pemimpin AS dan Jepang. Menurut pemerintah Cina, kunjungan Wang pada Rabu (2/5) dan Kamis (4/5) dilakukan atas undangan pemerintah Cina di Pyongyang.

Pada Maret, Kim melakukan kunjungan mendadak ke Beijing untuk bertemu Presiden Xi Jinping, perjalanan internasional pertamanya sejak menjabat, menggarisbawahi pentingnya hubungan Cina dengan Korut. Pada Jumat (27/4) pemimpin Korut dan Presiden Korsel Moon Jae-in setuju pada pertemuan puncak bersejarah untuk menghentikan semua tindakan bermusuhan satu sama lain dan untuk bekerja ke denuklirisasi semenanjung Korea.

Pertemuan itu menyusul dari berbulan-bulan uji retorika dan misil yang mirip perang dari Korut. Komitmen untuk denuklirisasi berbicara tentang tujuan semenanjung Korea yang bebas nuklir. Itu tidak secara eksplisit mengacu pada Korut yang menghentikan kegiatan nuklirnya.

Korsel tidak memiliki senjata nuklirnya sendiri, tetapi secara militer didukung oleh AS, yang memiliki puluhan ribu pasukan yang ditempatkan di sana. Menurut Seoul, Korut berjanji akan menutup situs uji atomnya bulan depan dan mengundang para ahli senjata AS ke negara itu.

Hal tersebut merupakan janji yang tidak termasuk dalam deklarasi bersama dari KTT itu. Korut di masa lalu berpendapat perlu senjata nuklir untuk mempertahankan diri terhadap agresi dari luar, terutama AS.

Kim dan Moon mengatakan mereka juga akan melanjutkan pembicaraan dengan AS dan Cina untuk mengakhiri secara resmi Perang Korea, yang berakhir pada 1953 dengan gencatan senjata, bukan perdamaian formal. KTT Jumat juga menyiapkan cara untuk pembicaraan langsung antara Kim dan Presiden AS Donald Trump.

Trump mengatakan pembicaraan dengan Korut bisa terjadi selama tiga atau empat minggu ke depan. Selain itu pada Senin (30/4), Korsel mengatakan akan menurunkan pengeras suara yang secara historis mengecam propaganda ke Utara di seluruh perbatasan. Seorang juru bicara kementerian pertahanan mengatakan ini merupakan langkah yang 'belum sempurna' untuk membantu membangun kepercayaan antara Korea, kantor berita Yonhap melaporkan.

Pengeras suara tersebut sudah dimatikan sebelum pertemuan Jumat. Di antara pengumuman pada Jumat, Pyongyang mengatakan akan mengubah zona waktunya untuk berjalan sinkron dengan Selatan lagi sebagai langkah praktis pertama untuk rekonsiliasi nasional dan persatuan.

Zona waktu Korut saat ini, 30 menit di lebih lama ketimbang Korsel. Zona waktu diciptakan pada 2015 untuk menandai peringatan 70 tahun pembebasan Korea dari pendudukan Jepang setelah Perang Dunia II. Menurut media Korut, Kim mengatakan sangat menyakitkan melihat jam yang menunjukkan waktu yang berbeda di dinding selama KTT dengan Selatan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement