REPUBLIKA.CO.ID, KULONPROGO -- Awal bulan lalu kabar menggembirakan datang dari DIY. Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, diundang menjadi pembicara oleh Persekutuan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Kabar itu sendiri datang dari Founder Markplus INc, Hermawan Kartajaya.
"Jadi tanggal 12 Mei Pak Hasto kebanggaan kita semua akan bicara di United Nation (UN) bersama beberapa wali kota dunia lain," kata Hermawan dalam gelaran Indonesia marketeres Festival 2018 di Royal Ambarrukmo beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan, Hasto diundang karena pernah memenangkan penghargaan Natamukti Award dari Kementerian Koperasi dan UKM. Selain itu, Hasto pernah mendapatkan Bupati Entrepreneur lewat Bela Beli Kulonprogo.
Atas undangan tersebut, Hasto mengaku bersyukur diberikan kepercayaan dari teman-teman wirausaha dan Kementerian Koperasi dan UKM. Terlebih, Hasto akan mewakili Indonesia menyampaikan program yang berkaitan dengan Human Entrepreneur dari negara berkembang.
"Tentu ini satu penghargaan bagi kami karena kita mewakili Indonesia untuk bisa berbicara di PBB, saya bersama wali-wali kota lain, ada tujuh negara," ujar Hasto melalui video singkatnya yang diposting ke laman Pemkab Kulonprogo.
Terkait materi yang akan disampaikannya, ia mengatakan, akan menyampaikan peran-peran serta sosial kapital yang berbasis manusia. Terutama, sebagai daya ungkit pembangunan yang telah diterapkan di Kabupaten Kulonprogo.
Ia menekankan, Kabupaten Kulonprogo memang memiliki pola gotong royong yang bisa menjadi daya ungkit masalah-masalah sosial. Selain itu, Hasto akan menyampaikan cara Kulonprogo mempertemukan mereka yang memiliki modal dengan masyarakat
"Bisa kita pertemukan dalam konsep ekonomi Pancasila yang namanya gotong royong," kata Hasto.
Hasto menjelaskan, pilot project Kabupaten Kulonprogo tak lain mempertemukan koperasi dengan waralaba yang sudah berjejaring. Pertemuan itu menghasilkan Toko Milik Rakyat atau yang biasa disingkat Tomira.
Ia merasa, itulah model-model inovasi yang dilakukan Pemkab Kulonprogo untuk mempertemukan investor, pengusaha, yang berbasis pendekatan humanistik. Tentunya, dengan pula melibatkan masyarakat menengah ke bawah.
Hasto melihat, itu sekaligus representasi Pancasila yang sebenar-benarnya, sehingga entrepreneur yang terkait keterlibatan masyarakat menengah ke bawah benar-benar dapat dirasakan masyarakat. Artinya, kesejahteraan yang diberikan benar-benar untuk semua.
"Itu tentang apa-apa yang akan kita sampaikan sebagai pembicara di New York, insya Allah tanggal 10 Mei nanti," ujar Hasto.