REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kapolda DIY, Brigjen Pol Ahmad Dhofiri menekankan, bentrokan yang mewarnai aksi unjuk rasa di simpang tiga UIN lantaran masyarakat sekitar yang marah, dan bukan polisi. Ia menilai, masyarakat sekitar khawatir ada perusakan maupun kekerasan yang bisa terjadi.
"Sehingga tadi masyarakat sekitar malah yang marah, bukan dari polisinya, masyarakat khawatir karena ada pertokoan dan perumahan," kata Dhofiri, Selasa (1/5).
Tapi, lanjut Dhofiri, polisi tetap menengahi agar tidak terjadi bentrok, dan pengamanan sebaiknya diserahkan kepada Kepolisian saja. Usai bentrokan, polisi menemukan sejumlah molotov yang ternyata telah disiapkan pengunjuk rasa.
"Alhamdulillah beberapa sudah diamankan, situasi reda, yang penting masyarakat jangan terpancing, kita menyayangkan selama ini Yogya damai," ujar Dhofiri.
Terlebih, kalaupun ada aksi yang digelar dalam rangka May Day seperti di Malioboro, tetap harus dilakukan dengan baik-baik saja. Pada 1 Mei 2018 sendiri, ia membenarkan sejumlah aksi yang terkait May Day.
Ia mengaku heran aksi yang digelar di simpang tiga UIN berujung anarkis. Karenanya, Polisi mengambil tindakan tegas, melakukan penyisiran, menangkap beberapa pendemo dan mengamankan molotov yang berarti memang ada niat untuk melakukan perusakan-perusakan.
Sejauh ini, ia mengungkapkan, polisi masih melakukan pendataan dan pendalaman terhadap mereka yang telah diamankan. Dikhawatirkan, ada orang-orang yang mengaku mahasiswa tapi sebenarnya bukan mahasiswa.
"Kasihan UIN yang tidak tahu-menahu, belum tentu (mereka) mahasiswa UIN," ujar Dhofiri.
Untuk itu, ia mengimbau agar masyarakat tidak terpancing, dan senantiasa menjaga kondisi di Yogyakarta yang selama ini sudah aman. Jika masih ada aksi-aksi anarkis, tentu polisi akan mengambil tindakan tegas.