REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Partai Persatuan Indonesia (Perindo), Ahmad Rofiq mengaku tidak terlalu mempersoalkan perang tagar dan kaos antara yang menghendaki adanya pergantian presiden dengan kubu yang ingin Joko Widodo menjabat dua periode. Sebelumnya, Car Free Day (CFD) di Bundaran HI, Jakarta, Ahad (29/4) kemarin mendadak menjadi sorotan publik. Dikarenakan adanya perseteruan antara kelompok massa yang mengenakan kaos #2019GantiPresiden dengan #JokowiDuaPeriode.
"Bagi saya, selama perangnya masih berupa tagar tidak apa-apa. Apalagi pengguna twitter itu hanya kalangan tertentu. Tidak semua pengguna twitter itu juga pengguna facebook atau instagram, semua tersegmentasi," kata Rofiq, Rabu (2/5).
Namun, Rofiq khawatir kalau sudah merambah ke fisik seperti kasus tersebut. Kasus itu, kata Rofiq tentu ini rawan dan membahayakan bagi masa depan demokrasi di Indonesia. Selain itu juga bisa jadi bibit-bibit kerusuhan. "Saya berharap semua mengendalikan diri dan aparat harus netral. Sehingga bisa mengambil tindakan dalam hal apapun," ungkap Rofiq.
Lanjut Rofiq, pilpres 2019 terasa sangat panjang dan mencekam. Karena calon presiden (capres) harus ditetapkan jauh hari sebelum pilpres. Hal ini menurutnya berbeda dengan pemilu sebelumnya, capres diditetapkan setelah pileg dan langsung pemilihan.
"Perseteruan tak bisa dihindari. Karna masing-masing calon sudah memulai mobilisasi pendukung dan juga mulai menggalang kekuatasan," kata dia.
Rofiq menambahkan, bagi pejawat tidak ada cara lain kecuali harus mempertahankan habis-habisan dan sekuat tenaga untuk terus mendapatkan simpati atau dukungan. Sementara disisi lain rival pejawat yang belum muncul juga mulai mendeligitimasi keberadaan incumbent dengan kaos dan tagar.