Rabu 02 May 2018 16:11 WIB

Pasukan AS Bunuh Osama bin Laden

Pemimpin Alqaidah ini telah menjadi buronan internasional selama satu dasawarsa

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Nidia Zuraya
Pasukan khusus Angkatan Laut AS, Navy SEAL, yang disebut-sebut menjadi inti pasukan penyergap yang menewaskan Osama bin Laden
Pasukan khusus Angkatan Laut AS, Navy SEAL, yang disebut-sebut menjadi inti pasukan penyergap yang menewaskan Osama bin Laden

REPUBLIKA.CO.ID, ABOTTABAD -- Osama bin Laden yang dituduh menjadi dalang dalam serangan pada 11 September 2001 di Amerika Serikat (AS) terbunuh oleh pasukan AS di Pakistan pada 2 Mei 2011. Ia terbunuh dalam serangan di tempat persembunyiannya di kota Abottabad.

Pemimpin jaringan militan Alqaidah berusia 54 tahun itu telah menjadi buronan internasional selama hampir satu dasawarsa. Dilansir laman History, Serangan itu dimulai sekitar pukul 1 pagi waktu setempat, ketika 23 pasukan militer AS SEAL dalam dua helikopter Black Hawk mendarat di kompleks di Abbottabad, pusat wisata dan militer di utara ibu kota Pakistan, Islamabad. Salah satu helikopter jatuh mendarat ke dalam kompleks itu tetapi tidak seorang pun di dalamnya terluka.

Selama serangan itu, yang berlangsung sekitar 40 menit, lima orang, termasuk bin Laden dan salah satu putranya yang dewasa, tewas oleh tembakan AS. Tidak ada orang Amerika yang terluka dalam serangan itu.

Setelah itu, jasad bin Laden diterbangkan dengan helikopter ke Afghanistan untuk identifikasi resmi, kemudian dikuburkan di sebuah lokasi yang dirahasiakan di Laut Arab kurang dari 24 jam setelah kematiannya, sesuai dengan praktik Islam.

Tepat setelah jam 11:30 malam waktu setempat pada 1 Mei Presiden Barack Obama, yang memantau serangan secara real time melalui cuplikan tembakan oleh pesawat tak berawak yang terbang tinggi di atas Abbottabad, membuat pidato televisi dari Gedung Putih. Ia mengumumkan kematian bin Laden. "Keadilan telah ditegakkan," kata presiden tersebut.

Setelah mendengar berita itu, orang banyak bersorak-sorai berkumpul di luar Gedung Putih dan di Times Square New York City dan situs Ground Zero.

Berdasarkan file komputer dan bukti lain yang dikumpulkan SEAL selama serangan itu, kemudian diketahui bahwa bin Laden membuat rencana untuk membunuh Presiden Obama dan melakukan serangkaian serangan tambahan terhadap Amerika. Serangan itu termasuk salah satunya pada peringatan 11 September, serangan teroris di tanah AS yang terbesar, yang menyebabkan hampir 3.000 orang tewas.

Tak lama setelah serangan tahun 2001, Presiden George W Bush menyatakan bin Laden akan ditangkap mati atau hidup. Pada bulan Desember tahun itu, pasukan yang didukung Amerika nyaris menangkap bin Laden di sebuah kompleks gua di wilayah Tora Bora, Afghanistan. Namun, ia melarikan diri dan terus menghindari otoritas AS selama bertahun-tahun.

Berhentinya perburuan bin Laden terjadi pada Agustus 2010, ketika analis CIA melacak kurir bin ke kompleks Abbottabad, yang terletak di belakang tembok keamanan tinggi di lingkungan perumahan.

Pejabat intelijen AS menghabiskan berbulan-bulan berikutnya menjaga kompleks di bawah pengawasan. Namun, mereka tidak pernah yakin bin Laden bersembunyi di sana sampai serangan itu terjadi.

Media AS telah lama melaporkan bin Laden diyakini bersembunyi di daerah kesukuan terpencil di sepanjang perbatasan Afghanistan-Pakistan. Banyak orang Amerika yang terkejut karena mengetahui buronan paling terkenal di dunia itu kemungkinan besar menghabiskan lima tahun terakhir hidupnya di daerah yang berpenduduk padat. Daerah itu terletak kurang dari satu mil dari akademi militer Pakistan yang elit.

Setelah serangan itu, yang menurut laporan AS dilakukan tanpa memberi tahu pemerintah Pakistan sebelumnya, beberapa pejabat Amerika mencurigai pemerintah Pakistan membantu melindungi Bin Laden di Abbottabad. Meskipun tidak ada bukti konkret untuk mengonfirmasi hal ini.

Bin Laden dilahirkan dalam keluarga kaya di Arab Saudi pada tahun 1957. Ia menggunakan warisannya bernilai jutaan dolar AS untuk membantu mendirikan Alqaidah dan mendanai kegiatannya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement