Kamis 03 May 2018 15:31 WIB

Pesan dari Bogor untuk Dunia

Ulama dan cendekiawan dunia ingin memperkuat kembali paradigma Islam wasathiyah.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
BOGOR -- Para ulama dan cendekiawan dari berbagai dunia berfoto bersama usai membahas tentang Islam Wasatiyyah dalam sesi terakhir kegiatan Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama dan Cendikiawan Muslim Dunia di Hotel Novotel, Bogor, Kamis (3/5). Kegiatan ini selanjutnya akan ditutup secara resmi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wapres, Jakarta.
Foto: Republika/Muhyiddin
BOGOR -- Para ulama dan cendekiawan dari berbagai dunia berfoto bersama usai membahas tentang Islam Wasatiyyah dalam sesi terakhir kegiatan Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama dan Cendikiawan Muslim Dunia di Hotel Novotel, Bogor, Kamis (3/5). Kegiatan ini selanjutnya akan ditutup secara resmi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wapres, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ulama dan cendekiawan dari berbagai dunia telah selesai membahas tentang Islam wasathiyah dalam kegiatan Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama dan Cendikiawan Muslim Dunia di Hotel Novotel, Bogor, Kamis (3/5). Kegiatan yang digelar selama tiga hari ini melahirkan Bogor Message, sebuah Pesan Bogor untuk dunia.

Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Prof Din Syamsuddin mengatakan, melalui pesan ini ulama dan cendekiawan dunia ingin memperkuat kembali paradigma Islam wasathiyah.

"Kita berupaya untuk menyampaikan sebuah pesan. Kita hanya ingin menyatakan komitmen kita untuk merevitalisasi atau memperkuat kembali paradigma Islam wasathiyah," ujar Din saat menyampaikan Bogor Message di hadapan para ulama dan cendekiawan dunia di Hotel Novotel, Bogor, Kamis (3/5).

Din menuturkan, sebelumnya ada sekitar 12 nilai yang diusulkan untuk menjadi prinsip nilai paradigma Islam wasathiyah, tapi akhirnya disepakati tujuh nilai. Menurut Din, tujuh prinsip nilai tersebut nantinya akan menjadi acuan bersama untuk menyebarkan Islam wasathiyah ke dunia. "Dari 12 nilai-nilai mulia yang diajukan, kami mengutamakan jadi tujuh prinsip nilai saja," ucap Din.

Nilai pertama adalah Tawassut, yaitu berada pada posisi di jalur tengah dan lurus. Kedua adalah I'tidal, yaitu berperilaku proporsional dan adil serta bertanggung jawab. Nilai ketiga adalah Tasamuh, yaitu mengakui dan menghormati perbedaan dalam semua aspek kehidupan.

Keempat adalah Syura, yaitu bersandar pada konsultasi dan menyelesaikan masalah melalui musyawarah untuk mencapai konsensus. Kelima adalah Islah, yaitu terlibat dalam tindakan yang reformatif dan konstruktif untuk kebaikan bersama.

Keenam adalah Qudwah, yaitu melahirkan inisiatif yang mulia dan memimpin untuk kesejahteraan manusia. Lalu, nilai ketujuh adalah Muwatonah, yaitu mengakui negara bangsa dan menghormati kewarganegaraan.

Pesan Bogor tersebut lahir dari hasil dialog ulama dan cendekiawan tentang Islam wasathiyah selama tiga hari di Bogor. Setidaknya ada empat poin yang disampaikan dalam Bogor Message ini. Poin pertama adalah berkomitmen untuk mengaktifkan kembali paradigma Islam wasathiyah sebagai ajaran Islam yang meliputi tujuh nilai utama.

Poin kedua, ulama dan cendekiawan juga berkomitmen untuk menjunjung tinggi nilai-nilai paradigma Islam wasathiyah sebagai budaya hidup secara individual dan kolektif, dengan melambangkan semangat dan persatuan dari sejarah peradaban Islam.

Poin ketiga, lanjut Din, ulama dan cendekiawan juga berkomitmen memperkuat tekad untuk membuktikan kepada dunia bahwa umat Islam sedang mengamati paradigma Islam wasathiyah dalam semua aspek kehidupan.

Poin keempat, mendorong negara-negara Muslim dan komunitas untuk mengambil inisiatif untuk mempromosikan paradigma Islam wasathiyah melalui suatu badan yang akan dibentuk bersama, World Fulcrum of Wasatiyyat Islam. Promosi tersebut dalam rangka membangun ummatan wasatan, yaitu sebuah masyarakat yang adil, makmur, damai, inklusif, harmonis, serta berdasarkan pada ajaran Islam dan moralitas.

Namun, Din menambahkan, Bogor Message ini masih akan dirumuskan lebih lanjut karena masih ada usulan dari ulama dan cendekiawan yang perlu ditambahkan dalam draf Bogor Message. "Ini sudah final, tapi ada sedikit usulan-usulan. Nanti kita perbaiki, akan ditambahkan. Jangan dikurangi saja," kata mantan ketum MUI ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement