REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Rizki," (suara isakan). "Rizki," (kembali terisak). "Rizki," (isakan semakin keras). Komariah memanggil anaknya yang baru meninggal. Sembari duduk di kasur yang tergeletak di bawah. Tatapannya kosong. Anaknya yang lain bernama Adi Ashari mengusap punggungnya. Meminta Komariah mengucap istighfar.
Namun, Komariah tetap memanggil nama Rizki. Meminta Rizki datang ke pelukan Komariah. "Rizki di mana sih. Sini Rizki mama gendong," ucapnya kembali. Republika menyaksikan kejadian menyedihkan itu di rumah orang tua korban di RT 12 RW 13 Pademangan Barat, Jakarta Utara, Selasa (4/5) malam WIB.
Adi mengeraskan suaranya. Meminta ibunya kembali mengucap istighfar. Namun, Komariah malah mengenang kejadian di Monas, Sabtu (28/4). Peristiwa sebelum anaknya, Rizki dinyatakan tewas pada Ahad (29/4) pukul 04.45 WIB.
"Ini gara-gara mama. Mama nggak mau lagi ke Monas. Mama nggak mau duit. Mama mau Rizki," tangisnya kembali pecah. Kemudian, Komariah yang tak tidur semalaman pingsan di pelukan Adi, kakak Adi bernama Dede Komarudin, dan tetangga mereka yang berkumpul di rumah tersebut.
Rizki dikenal dekat dengan ibunya itu. Sehari-hari, perempuan yang dipanggil Ceu Kokom itu selalu bersama Rizki. Dia tak bekerja, hanya fokus mengurus Rizki yang mengidap down syndrome.
Dede Komarudin mengatakan, Rizki adalah anak yang sehat dan lincah. Meskipun menjadi anak berkebutuhan khusus, Rizki bukan anak yang sering sakit-sakitan. Di rumah kontrakan papan berukuran 4x4 meter, Rizki kerap tidur di lantai. Untuk sakit seperti batuk, pilek, dan demam, tak pernah dialami adiknya. "Sehat nggak ada sakit apaapa kuat. Di ubin gitu, nggak pake baju, sehat. Nggak pernah masuk angin," kata Dede yang bekerja sebagai sopir itu.
Kontrakan tersebut ditinggali lima orang, Komariah dan empat anaknya. Rizki adalah anak terakhir. Sementara, ayah Rizki meninggal tujuh bulan lalu. Dede mengatakan, keluarganya belum pernah ikut kegiatan pembagian sembako. Pun saat berangkat, ibunya tak mengetahui jika tujuan mereka adalah kegiatan pembagian sembako. Komariah mendapat informasi, kegiatan di Monas hanya pesta rakyat.
Pascakejadian, Komariah mengatakan, sejumlah aparat dari Polres Metro Jakarta Pusat dan Polda Metro Jaya mendatangi rumah korban. Sehari sebelumnya, ia berujar, ada orang yang mengaku sebagai relawan mendatanginya. Mereka membawa sejumlah uang senilai Rp 5 juta rupiah. Tak hanya itu, berdasarkan keterangan Komariah, mereka meminta keluarga tak bicara pada orang lain, apalagi media.
Dihadapan media, Komariah memohon adanya pengusutan kasus kematian anaknya. Dia meminta keadilan atas kematian Rizki. "Saya mau diusut tuntas. Biar anak saya tenang di sana. Biar saya nggak salahin diri sendiri," ujar Komariah dengan nada getir.
Di tempat yang sama, kuasa hukum Komariah, Muhammad Fayyadh menuturkan, pihak keluarga tidak mengetahui penyebab meninggalnya korban. Sebab, pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan tidak mengisi penyebab korban meninggal dalam surat keterangan.
Selain tak mengisi penyebab korban meninggal, lanjut Fayyadh, proses pengeluaran jenazah sempat mengalami kendala administrasi. Hal itu lantaran korban masuk sebagai pasien BPJS Kesehatan.
Dengan demikian, saat keluar harus mengurus di konter BPJS Kesehatan yang memakan waktu. Namun, ia memastikan korban berangkat dalam kondisi sehat walafiat. Pasalnya, sebelum berangkat, Komariah dan korban sempat sarapan nasi uduk. ¦ ed: erik purnama putra