REPUBLIKA.CO.ID, REJANG LEBONG -- Kalangan pendaki Gunung Api Bukit Kaba di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu diminta mewaspadai kemungkinan bahaya sambaran petir saat melakukan pendakian. Pendaki diingatkan agar tidak menyalakan peralatan elektronik yang bisa menimbulkan risiko tinggi.
"Para pendaki diminta untuk tidak mengaktifkan handphone saat melakukan pendakian, apalagi saat ekstrem karena sangat rentan terkena sambaran petir," kata Bagus Pukuwibowo, petugas Pos Pengamatan Gunung Api Bukit Kaba saat ditemui, Kamis (3/5).
Kemungkinan terjadinya sambaran petir di kawasan puncak Bukit Kaba tambah dia, sangat besar, mengingat di kawasan itu saat ini sering turun hujan deras dengan tiba-tiba dan hembusan angin yang cukup kencang, apalagi pada Januari 2016 lalu pernah mengakibatkan dua orang meninggal dunia dan lima orang lainnya harus menjalani perawatan medis.
Selain adanya korban jiwa yang dialami para pendaki akibat tersambar petir di bagian puncak gunung api yang berstatus aktif tersebut juga dialami oleh peralatan milik mereka, di mana sejak 2015 lalu setidaknya sudah tiga kali disambar petir.
"Di bagian puncak gunung itu ada dua stasiun yang berisikan peralatan untuk memantau kondisi gunung dan pengumpulan data di luar pengamatan visual, saat ini satu di antaranya mengalami kerusakan akibat disambar petir dan belum dilakukan perbaikan," ujarnya.
Kalangan pendaki di daerah itu selain diminta untuk tidak mengaktifkan handphone juga diminta agar tidak turun ke kawah atau pun mendekati bibir kawah, karena semburan gas dari dalam kawah bisa membahayakan pendaki.
"Rekomendasi kita kepada pengunjung agar tidak mengaktifkan HP dan juga jangan mendekati kawah atau turun ke kawah, karena kita tidak tahu apakah gasnya berbahaya atau tidak, yang jelas jika terhirup bisa membuat mereka sesak," jelasnya.
Sementara itu untuk aktivitas Gunung Api Bukit Kaba saat ini kata dia, masih dalam keadaan normal kendati dari pemantauan di peralatan seismograf ditempat itu kerap terjadi getaran dengan frekwensi rendah tetapi sudah jarang terjadi, berbeda dengan yang terjadi pada Desember 2017, Januari dan Februari 2018 lalu sempat terjadi sampai puluhan kali dalam satu harinya.