Kamis 03 May 2018 22:05 WIB

Polisi Jerman Serang Tempat Penampungan Migran

Bentrokan 150 pencari suaka dengan polisi pecah pada awal pekan ini.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Dengan memakai jas hujan, imigran dan pengungsi menunggu di tengah hujan untuk mendaftar di pusat pengungsian LaGeSo (Landesamt fuer Gesundheit und Soziales) atau Kantor Negara untuk Kesehatan dan Sosial di Berlin, Jerman, Kamis 8 Oktober 2015.
Foto: AP Photo/Markus Schreiber
Dengan memakai jas hujan, imigran dan pengungsi menunggu di tengah hujan untuk mendaftar di pusat pengungsian LaGeSo (Landesamt fuer Gesundheit und Soziales) atau Kantor Negara untuk Kesehatan dan Sosial di Berlin, Jerman, Kamis 8 Oktober 2015.

REPUBLIKA.CO.ID,  BERLIN -- Polisi Jerman melancarkan serangan di tempat penampungan migran pada Kamis (3/5). Tiga hari sebelumnya, 150 pencari suaka bentrok dengan polisi. Mereka mencegah deportasi seorang pria berusia 23 tahun dari Togo.

Konfrontasi, yang digambarkan oleh polisi sebagai sesuatu yang sangat agresif dan penuh kekerasan, telah mendorong beberapa politisi sayap kanan dan konservatif berkomentar. Mereka mengatakan kedatangan lebih dari 1,6 juta migran sejak 2014 telah menyebabkan runtuhnya hukum dan ketertiban. Jerman masih bergulat dengan integrasi imigrannya, banyak di antaranya melarikan diri dari perang atau konflik di Timur Tengah.

Pihak berwenang masih berkutat pada penumpukan keputusan kasus suaka. Integrasi para migran ke dalam pasar tenaga kerja juga merupakan tantangan besar. Pemerintah sedang mendiskusikan aturan untuk reuni keluarga para migran. Polisi di kota selatan Ellwangen pada Senin malam (30/4) telah membebaskan pria yang ingin dideportasi, yang diidentifikasi oleh media sebagai Yussif O. Polisi berusaha menghindari eskalasi. Selama bentrokan pencari suaka memukul mobil polisi. Akibatnya satu mobil rusak.

Pihak berwenang telah melakukan investigasi terhadap pelanggaran perdamaian dan pelanggaran lain yang terjadi. Tetapi mereka tidak memberikan rincian lebih lanjut. Polisi juga menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut dari serangan dini hari Kamis di tempat penampungan.

Tempat itu merupakan rumah bagi sekitar 500 orang yang mencari suaka. Sebagian besar berasal dari negara-negara di Afrika termasuk Nigeria, Guinea dan Kamerun. Tidak jelas apakah Yussif O telah dideportasi. Pejabat polisi senior Bernhard Weber mengatakan aturan hukum tidak dapat dirusak oleh agresi sekelompok orang. "Kami percaya bahwa orang-orang ini, yang bertindak dalam situasi yang sangat tegang, mungkin telah terlibat dalam kelompok yang dinamis dan berperilaku dengan cara yang tidak akan mereka lakukan dalam lingkungan yang lebih tenang," katanya.

Wakil pemimpin Alternative for Germany (AfD, Alice Weidel mengatakan aturan hukum sedang dipermainkan oleh pendatang. "Jika ini terus dibiarkan maka masalah yang ada di negara ini akan menjadi tak tertahankan," katanya.

Politisi konservatif Armin Schuster menuntut tindakan yang lebih tegas terkait masalah migran. "Ada garis merah di negara kami yang dilanggar hampir setiap hari oleh pencari suaka. Siapa pun yang melangkahi garis merah harus meminta aplikasi suaka mereka berakhir dan dideportasi," kata Schuster kepada Focus Online.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement