Sabtu 28 Apr 2018 11:01 WIB

Perempuan Didorong Jadi Agen Literasi Media

Perempuan memiliki cara yang lebih lembut dalam pendekatan emosional

Olga Lidya
Foto: Antara
Olga Lidya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media sosial dapat menjadi sarana pemberi informasi yang baik, tetapi juga berbahaya apabila tidak dibarengi dengan sikap terbuka. Di sisi lain, informasi di media sosial bisa diakses oleh siapapun, bahkan oleh anak usia dini. Di sini pentingnya peran perempuan dalam menjaga keluarga dan lingkungan sekitarnya dengan menjadi agen literasi media sosial atau hoaks buster.

“Perempuan sangat bisa menjadi agen literasi media sosial karena anak dekat dengan ibu dan ibu bisa mengingatkan suami untuk sekalu berfikir positif. Perempuan memiliki cara yang lebih lembut dalam pendekatan emosional.” Ujar Artis dan presenter, Olga Lidya, Jumat (27/4).

Hoaks dan konten negatif lainnya memang seringkali dibungkus dalam informasi yang bisa menyentuh emosi. Banyak berita bohong yang dibuat dramatis yang bertujuan untuk memancing emosi banyak orang demi kepentingan tertentu, seperti penyebaran konten hasutan dan ajakan kekerasan.

“Hoaks sebenernya juga bisa digunakan sebagai ajang perekrutan untuk kaum remaja Indonesia yang sudah banyak terekrut kelompok teroris di Suriah khususnya. Hal ini seharusnya dapat membuat kita menjadi lebih waspada dengan mengajak mereka bicara tentang apa yang dia pikirkan dengan berita hoaks itu, bukan hanya melarang mereka untuk membaca dan bicara bahwa itu berita tidak benar (hoaks) tanpa memberikan pengertian atau arahan apapun pada mereka.” Ujar Olga

Di sinilah menurut Olga, perempuan yang memiliki kedekatan lebih terhadap anak dan memiliki sensitifitas emosi yang tinggi berperan penting sebagai agen literasi di keluarga. Perempuan harus didorong menjadi agen pendidik di keluarga dan lingkungan sosial tidak hanya bagi penyebaran konten hoaks, tetapi juga konten-konten bermuatan kekerasan dan radikalisme

Namun, secara psikologis perempuan kadang cenderung lebih kurang memiliki rasa percaya diri, pemalu dan merasa dirinya kurang pintar dibanding orang lain. Jadi, ketika ada kiriman berita atau foto dari orang yang dianggapnya lebih pintar, lebih sukses dan dihormati dari dirinya hal ini bisa membuat perempuan menjadi lebih percaya dengan berita tersebut.

“Nah kurang rasa percaya diri ini yang bisa menghambat perempuan untuk bisa menimbang logis atau tidak logisnya berita itu. Karenanya peningkatan kapasitas perempuan juga sangat penting," ujar Olga.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement