Jumat 04 May 2018 12:17 WIB

Tiga Investor Tertarik Suntik Modal Bank Muamalat

Bank Muamalat berencana melakukan rights issue

Red: Nur Aini
Kendaraan melintas di depan kantor pusat Bank Muamalat, Jakarta, Ahad (1/4).
Foto: Republika/Prayogi
Kendaraan melintas di depan kantor pusat Bank Muamalat, Jakarta, Ahad (1/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Direktur PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Achmad K Permana mengatakan ada tiga calon investor dari dalam dan luar negeri yang tertarik untuk menyuntikkan modal ke pionir bank syariah di Indonesia itu.

"Ada tiga calon investor, yang dari luar dua, dalam negeri satu. Tiga-tiganya masih on progress. Tapi saya belum bisa konfirmasi siapa spesifiknya sampai nanti kalau sudah 'sign' dan 'agree' dengan kami," ujar Achmad di Jakarta, Jumat (4/5).

Achmad hanya menyebutkan, dua calon investor dari luar negeri yaitu konsorsium yang berasal dari Singapura dan Timur Tengah. Sementara, ketika ditanya investor dari dalam negeri adalah bank BUMN, Achmad menolak untuk mengkonfirmasi.

"Jadi ada dari dalam negeri juga. Setelah confirm, nanti kami disclosed siapa," ujar Achmad.

Sejak tahun lalu, Bank Muamalat sudah merencanakan untuk melakukan aksi korporasi melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (rights issue) oleh investor strategis untuk menambah modal. PT Minna Padi Investama disebut siap menjadi pembeli siaga 'rights issue' Bank Muamalat tetapi batal karena tidak mampu memenuhi kewajibannya sebelum tenggat waktu yang ditentukan sesuai kesepakatan.

Berdasarkan laporan keuangan bank per kuartal IV 2017, aset Muamalat tumbuh 10,59 persen (yoy) menjadi Rp 61,7 triliun, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) naik menjadi 13,62 perse dari tahun sebelumnya sebesar 12,74 persen.

Akan tetapi, dari sisi rasio pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) naik menjadi 4,43 persen dari tahun lalu sebesar 3,83 persen. Laba juga ikut tergerus 67,55 persen menjadi Rp 26,12 miliar dari tahun lalu sebesar Rp 80,51 miliar.

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menyatakan, Bank Muamalat tidak mengalami persoalan likuiditas yang mengkhawatirkan tetapi membutuhkan investor yang bisa menyuntikkan modal untuk ekspansi usaha.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan permodalan sangat dibutuhkan Bank Muamalat karena wajar apabila sektor perbankan memutuskan untuk tumbuh dan berkembang lebih optimal. Apalagi Bank Muamalat merupakan pionir dari industri keuangan syariah dan tercatat sebagai bank syariah pertama di Indonesia.

Kebutuhan modal disebut sebagai hal yang normal karena Bank Muamalat harus terus tumbuh untuk menjalankan fungsi intermediasi secara berkelanjutan. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana menambahkan saat ini komposisi pemilik modal Bank Muamalat terdiri atas Bank Pembangunan Islam (IDB) sebesar 32,74 persen, Grup Boubyan Bank-Kuwait 30,45 persen, Grup Sedco 24,23 persen, dan perseorangan 12,58 persen.

Namun, IDB memutuskan tidak lagi menambah modal di Bank Muamalat karena terdapat peraturan internal yang membatasi kepemilikan modal hanya sebesar 20 persen. Demikian juga dengan Boubyan Bank-Kuwait dan Sedco Holdings yang memutuskan untuk melakukan konsolidasi atas kepemilikan saham di Bank Muamalat.

"Dengan kondisi ini, perkembangan Bank Muamalat stagnan, karena ekspansi membutuhkan penambahan modal," kata Heru.

Untuk itu, Heru mengharapkan ada calon investor yang serius untuk menanamkan modal ke Bank Muamalat agar industri keuangan syariah di Indonesia dapat tumbuh berkembang lebih baik.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement