REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, mencemooh kritik internasional terhadap pemungutan suara Venezuela 20 Mei mendatang. Diketahui ia kembali mencari suara dalam pemilihan tersebut dan menawarkan beberapa 'hadiah' bagi para pemilihnya.
Partai oposisi Venezuela memboikot pemilu tersebut dengan alasan ada tindakan curang yang dilakukan oleh inkumben berusia 55 tahun itu. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan berbagai negara Amerika Latin juga mengecamnya.
"Jadi mereka tidak akan ada yang peduli dengan Maduro. Siapa yang tahu soal dia?" kata salah seorang juru bicara partai oposisi.
Maduro yang sudah tidak memiliki suara hanya memiliki satu pesaing serius, Henri Falcon yang merupakan mantan gubernur negara bagian. Jejak pendapat menunjukkan Falcon lebih populer ketimbang Maduro yang telah memenangkan pemilihan menggantikan Hugo Chavez pada 2013 silam.
Hadiah yang dimaksud Maduro berupa kesejahteraan rakyatnya mulai dari makanan, hunian, kesehatan membuat Falcon tak berkutik. Dalam pidatonya belum lama ini ia mengatakan ingin mensejahterakan rakyatnya hingga ke pelosok-pelosok secara merata.
Bukan rahasia lagi, pemungutan suara di Venezuela memang rahasia, tetapi warga setempat sudah lama ditekan oleh pemerintahan yang sedang berjalan sehingga sulit bagi mereka tidak memilihnya kembali.