REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kembali muncul dalam bursa cawapres sebagai pendamping Jokowi untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Bunda Mulia, Silvanus Alvin menjelaskan, pencapaian AHY yang begitu bergaung di konstestasi politik saat ini didasari atas alasan-alasan logis.
Alasan pertama adalah posisi AHY sebagai sang putra mahkota dari Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga sempat menjabat sebagai presiden selama dua periode. "Meski anak sulungnya, Ibas, lebih dulu terjun ke politik, restu SBY terlihat jelas ada di AHY," ucap Alvin ketika dihubungi Republika.co.id, Jumat (4/5).
Dengan demikian, para pengikut maupun penggemar SBY akan berkumpul satu barisan di belakang AHY. Safari politik Partai Demokrat yang diwajili SBY dan AHY ke sejumlah kota belakangan ini juga dapat dikatakan sebagai ajang perkenalan kepada masyarakat umum.
Alasan logis kedua, pandangan konservatif terhadap darah dan kepercayaan AHY. Alvin menuturkan, AHY merupakan keturunan Jawa dan Islam. "Gabungan kedua aspek ini memang masih disukai mayoritas publik Indonesia," ucap peraih gelar master dari University of Leicester ini.
Terakhir, di usianya yang belum genap 40 tahun, AHY termasuk politisi muda. Ia diharapkan dapat menjangkau kaum milenial dan pemilih pemula yang turut menentukan dinamika politik Indonesia dengan mengerti pola pikir mereka.
Sebelumnya, survei nasional Indikator Politik Indonesia (Indikator) menunjukan, AHY menduduki posisi teratas sebagai cawapres dari Jokowi di Pilpres 2019. Sebanyak 16,3 persen responden memilih AHY, melampaui nama Anies Baswedan yang dipilih 13 persen responden. Nama lain yang muncul adalah Gatot Nurmantyo dan Sri Mulyani.