Jumat 04 May 2018 16:55 WIB

Gatot: Yang Melarang Bicara Politik di Masjid tak Tahu Islam

Seharusnya yang dilarang adalah mengadu domba, bukan bicara politik.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Hafil
Mantan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat berkunjung ke kantor Republika, Jakarta, Rabu (28/3).
Foto: Republika/Prayogi
Mantan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat berkunjung ke kantor Republika, Jakarta, Rabu (28/3).

REPUBLIKA.CO.ID,  SLEMAN -- Mantan panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo turut menanggapi isu larangan bicara politik di masjid yang belakangan mengemuka di tengah-tengah publik. Ia berpendapat, isu ini mungkin disampaikan orang-orang yang tidak mengerti Islam atau orang yang sok tahu tentang Islam.

"Yang menyampaikan itu, satu, kalau dia umat Muslim, dia tidak tahu tentang agama. Kedua, kalau bukan umat Muslim, tuh sok tahu agama Islam, kan gitu," kata Gatot yang ditemui setelah mengisi dialog kebangsaan di Masjid Kampus UGM, Jumat (4/5).

Dialog kebangsaan itu mengangkat tajuk "Menjaga Perdamaian dan Kesatuan Bangsa Indonesia". Gatot menjadi satu dari dua pembicara bersama guru besar Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Armaidy Armawi.

Pasalnya, ia menekankan, Islam itu rahmat bagi semesta alam sehingga semua yang ada di alam tentu ada di dalam Alquran. Gatot mengingatkan, ilmu kedokteran, kebintangan, semua ada di dalam Alquran jauh sebelum penemu-penemu mengklaim temuannya.

Bahkan, lanjut Gatot, ilmu pemerintahan ada di dalam Alquran, yaitu surah an-Naml yang banyak mengisahkan Kerajaan Sulaiman. Karena itu, ia merasa aneh jika ada isu membicarakan politik dilarang dilakukan di masjid.

"Kalau (bicara) politik dilarang, padahal isi Alquran itu tentang manusia kan ada juga politik, lah gimana ceritanya," ujar Gatot.

Gatot menerangkan, seorang Muslim melakukan ibadah tentu menirukan Rasulnya, Muhammad SAW. Kemudian, saat Rasulullah SAW berbicara tentang pemerintahan atau tentang politik di Raudah, di Masjid Nabawi, bagaimana bisa di Indonesia dilarang.

"Harusnya yang dilarang bukan bicara politik, tapi bicara mengadu domba, mengajak yang tidak benar-benar, itu benar. Kalau politik, politik itu tujuannya mulia, hanya disalahartikan saja," kata Gatot.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, jika umat Islam pergi ke Raudah saja harus menggunakan politik yang dalam bahasa Arab merupakan siasat. Malah, ia menilai, jika ke Raudah mulus-mulus saja dan azan baru berangkat, tentu tidak bisa masuk.

Gatot mengingatkan, jika isu larangan itu terus digulirkan, orang akan takut mendatangi masjid. Jika membicarakan politik dilarang di masjid, bagaimana bisa imam-imam membacakan surah-surah tentang pemerintahan.

Selain itu, ia memberikan contoh saat satu masjid akan melaksanakan shalat Tarawih yang sepanjang bulan Ramadhan memiliki target selesai 30 juz. Jika di masjid tidak boleh membicarakan politik, apa yang terjadi jika imamnya membaca surah an-Naml, surat semut, Nabi Sulaiman.

"Itu kan pemerintah kan, ditangkaplah dia kan, jamaahnya sebagai saksi, 'kenapa kamu aminkan, kenapa kamu ikuti,' logikanya kan gitu," ujar Gatot. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement