REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof KH Said Aqil Siroj menyambut kunjungan Imam dan Khotib Masjidil Haram, Syekh Dr Sholeh bin Abdullah bin Humaid di kantor PBNU pada Jumat (4/5). Kunjungan imam masjidil haram ke PBNU untuk memperkuat silaturrahim.
"(Kunjungan imam masjidil haram-red) memperkuat silaturrahim, saling pengertian, saling menyamakan pemahaman dan pemikiran untuk menghadapi situasi dan kondisi seperti saat ini," kata Kiai Said kepada Republika.co.id usai menerima kunjungan imam masjidil haram di Kantor PBNU, Jumat (4/5).
Ia menyampaikan, sekarang marak radikalisme dan ada terorisme, tapi semua sudah sepakat Islam menentang kekerasan, radikalisme dan terorisme. Imam masjidil haram juga mengingatkan peran ulama. Ulama harus jauh dengan politik.
Kiai Said menerangkan, menurut imam masjidil haram di dalam politik tidak ada sahabat dan musuh yang abadi. Maka ulama harus punya prinsip dalam membangun kehidupan.
Kemudian, PBNU menyampaikan kepada imam Masjidil Haram di sebelah utara Indonesia ada Cina, Jepang, Filipina dan Korea. Di sebelah selatan Indonesia ada Australia, semuanya mayoritas non Muslim.
"Kalau kita orang Islam Indonesia tidak pandai-pandai membangun sifat moderat, maka akan mengganggu kita (Indonesia)," ujarnya.
KH Said menceritakan, imam masjidil haram juga tahu ulama-ulama Indonesia yang ada di Makkah dan wafat di Makkah. Beliau kagum terhadap ulama-ulama dari Indonesia.