REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- M Rizki Saputra (10) merupakan salah satu korban meninggal setelah mengikuti acara penukaran kupon dengan sembako yang digelar oleh Forum Untukmu Indonesia (FUI) di Monumen Nasional (Monas), Sabtu (28/4) lalu. Sebelum meninggal, Rizki sempat di rawat di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat.
Wakil Direktur RSUD Tarakan dokter Yudi Amiarno, mengungkapkan, saat dilarikan ke RSUD Rizki sudah dalam keadaan yang kritis. Sehingga, pihak rumah sakit langsung memberikan pertolongan terhadap Rizki.
"Rizki itu waktu di UGD dia makin berat (kritis), kita mainkan (pindahkan) ke ruang ICU anak, ruang PICU itu di situ dia berhenti napas. Dia langsung kita pasang alat bantu napas ventilator," kata Yudi di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, Jumat (4/4).
Sesaat setelah diberi alat bantu pernapasan, kondisi Rizki sempat membaik. Namun, hal tersebut tidak bertahan lama. Sehingga diperlukan adanya tindakan resusitasi jantung.
"Resusitasi itu kalau dalam kasus seperti ini itu dia terjadi henti jantung".
"Pada saat henti jantung itu kita retusitasi. Jadi kita kasih bantuan hidup dengan pompa jantung. Resusitasi itu bentuknya seperti itu. RJP resusitasi jantung paru. Tujuannya supaya bekerja lagi dia jantungnya," tambah Yudi.
Yudi menceritakan, setelah melakukan tindakan reausitasi, keluar darah dari hidung Rizki. Pendarahan tersebut bukan karena adanya benturan maupun kondisi tubuh korban yang diberitakan meninggal akibat terinjak-injak saat mengantre sembako.
"Waktu di rawat dibersihkan jenazah si Rizki ada ketemu darah di hidung di rongga hidung. Makanya itu yang menduga itu karena diinjak-injak atau kenapa. Tapi kalau sebenarnya kita kilas balik itu kan kondisinya berat ya. Sempat dia diresusitasi beberapa kali," ujar Yudi.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, menyebutkan kedua bocah tersebut meninggal dunia karena ikut dalam antrean bagi-bagi sembako, Sabtu lalu. Pemprov DKI Jakarta juga akan menginvestigasi penyebab sesungguhnya atas kematian dua anak yang disebut-sebut dehidrasi dalam antrean sembako di acara Untukmu Indonesia.
Namun, Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Argo Yuwono membantah kedua anak tersebut tewas akibat mengantre sembako. Dia menyatakan, kedua korban tewas bukanlah peserta antre sembako.
Petugas kepolisian di sekitar Monas menyebut korban Mahesa tergeletak di sekitaran Monas, lalu dibawa ke RS Tarakan masih dalam keadaan hidup. Namun nahas, beberapa menit kemudian, ia dinyatakan meninggal.
Kemudian, untuk korban tewas lainnya Rizki juga dinyatakan meninggal pada Ahad (29/4) setelah sehari sebelumnya dibawa ke RSUD Tarakan. "Setelah dicek kami dapatkan anak ini meninggal pada hari Ahad pukul 05.00 WIB," jelas Argo.