Sabtu 05 May 2018 04:50 WIB

Bank Sentral Argentina Naikkan Suku Bunga 40 Persen

Tujuannya untuk membendung depresiasi cepat mata uangnya di tengah inflasi tinggi.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Andi Nur Aminah
Suasana di tempat pertukaran uang di Buenos Aires, Argentina, Kamis (17/12)
Foto: AP
Suasana di tempat pertukaran uang di Buenos Aires, Argentina, Kamis (17/12)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Bank sentral Argentina, Jumat (5/5) waktu setempat menaikkan suku untuk ketiga kalinya dalam delapan hari. Tujuannya untuk membendung depresiasi cepat mata uangnya di tengah inflasi tinggi. Ini sebuah langkah yang mendorong pasar untuk rally.

Bank sentral mengatakan pihaknya menaikkan suku bunga utamanya sebesar 6,75 poin persentase, menjadi 40 persen,.  Menyusul kenaikan 3 persen poin pada Kamis dan Jumat lalu.

"Selain menggunakan tingkat bunga, bank sentral akan terus menggunakan semua alat intervensinya di pasar mata uang. Otoritas moneter membuat keputusan ini dengan tujuan untuk mencegah perilaku mengganggu di pasar valuta asing serta menjamin proses disinflasi, dan siap untuk bertindak lagi jika diperlukan," kata bank sentral Argentina seperti dikutip dari The Wall Street Journal, Jumat (4/5).

"Peningkatan total tak terduga dari 12,75 poin persentase ke tingkat kebijakan sejak Jumat lalu mungkin cukup untuk membendung depresiasi peso," kata Capital Economics.

Obligasi Argentina stabil, ekuitas menguat dan peso menguat terhadap dolar. Dolar turun 2,6 persen terhadap peso, dan patokan ekuitas MSCI Argentina naik 2,9 persen. Obligasi 10 tahun Argentina yang jatuh tempo pada 2028 stabil setelah penurunan dua minggu.

"Akhirnya orang-orang ini bertindak dengan cara yang berarti dan berdampak dan akan menghentikan depresiasi mata uangnya," kata Daniel Kerner, managing director untuk Amerika Latin di konsultan risiko Eurasia Group.

Kenker menambahkan, serangkaian salah langkah oleh administrasi Argentina sejak akhir tahun lalu telah menyebabkan investor kehilangan kepercayaan terhadap independensi bank sentral negara itu. Bank sentral menjual hampir 5 miliar dolar AS cadangan devisa pekan lalu dalam upaya gagal untuk intervensi mata uang peso. "Sebuah langkah yang, jika diulang, bisa menghabiskan cadangan negara dalam waktu dua bulan," ujar Kenker.

Kenaikan suku bunga bank sentral dilakukan karena pemerintah mengatakan akan mengurangi belanja publik di tengah kekhawatiran investor tentang kemampuan Presiden Mauricio Macri untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal itu akan dilakukan sementara melonggarkan subsidi negara dan kebijakan populis lainnya dari pendahulunya, Cristina Kirchner, tanpa memprovokasi reaksi sosial. Awal tahun ini, pemerintah mendorong kembali perdebatan tentang perombakan tenaga kerja di tengah meningkatnya oposisi dari serikat kuat negara itu.

Pada Jumat, Menteri Keuangan Nicols Dujovne mengatakan dalam konferensi pers, bahwa pemerintah telah memangkas target untuk defisit fiskal tahun ini menjadi 2,7 persen dari produk domestik bruto (PDB) dari sebelumnya 3,2 persen. Sebuah langkah yang akan menyelamatkan administrasi sekitar 3,2 miliar dolar AS.

Penurunan di pasar Argentina selama sepekan terakhir mengingatkan bahwa ekonomi di negara berkembang yang memiliki defisit neraca berjalan tinggi, beban utang dolar yang berat dan inflasi tinggi masih rentan terhadap kenaikan suku bunga global.

Goldman Sachs mengatakan langkah dari bank sentral dan Departemen Keuangan merupakan langkah ke arah yang benar, tetapi lebih banyak yang perlu dilakukan. Goldman mengatakan Argentina harus "tidak menekankan" target inflasi 15 persen untuk tahun ini. Dia menyebutnya bahkan kurang kredibel sekarang setelah inlfasi tahun lalu tercatat pada level 25 persen.

"Bank sentral masih menghadapi gambaran yang sangat menantang. Tidak ada jaminan bahwa ini akan cukup untuk menstabilkan dinamika pasar drifting [valuta asing]," kata Goldman Sachs.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement