REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Organisasi Pertahanan Sipil Suriah atau White Helmets mengaku akan terus beroperasi di kawasan yang dikuasai pemberontak. Hal itu akan tetap dilakukan dintengah ancaman pembekuan dana bagi kelompok kemanusiaan tersebut oleh Amerika Serikat (AS).
"Pekerjaan kami tidak akan terganggu dan semua proyek yang ada akan terus berjalan dan tak akan dihentikan. Relawan kami akan terus beroperasi," kata Ketua White Helmet Raed Saleh kepada Aljazirah, Sabtu (5/5).
White Helmet merupakan organisasi kemanusiaan yang beroperasi di kawasan konflik yang dikuasai pemberontak di Turki dan Suriah. Kelompok itu terbentuk dari sekumpulan guru, tukang roti dan warga sipil.
Lebih jauh, Raed Saleh mengatakan, White Helmet tidak menerima sokongan dana secara langsung dari AS dan negara manapun. Dia mengatakan, dana yang didapat oleh kelompok kemanusiaan itu berasal dari sumbangan organisasi dan asosiasi lainnya.
Namun, melansir dari laman resmi, White Helmet menerima dana secara langsung dari Mayday Rescue, sebuah perusahaan yang berbasis di Inggris. Kelompok itu juga menerima bantuan finansial dari Chemonics, sebuah kontraktor pemerintah AS yang bekerja di Rwanda, Honduras dan Maladewa dan berspesialisasi dalam pengembangan dan manajemen internasional.
Departemen Luar Negeri (Deplu) AS sebelumnya mengatakan akan membekukan pendanaan untuk kelompok kemanusiaan White Helmets Suriah. Deplu AS mengatakan dukungan itu berada di bawah tinjauan aktif.
Otoritas membutuhkan persetujuan Presiden AS Donald Truimp untuk terus memberikan pendanaan bagi kelompok tersebut agar bantuan finansial dapat terus berjalan. Gedung Putih telah membekukan lebih dari 200 juta dolar dana yang diperuntukkan bagi 'upaya pemulihan' sehari setelah Trump menyatakan AS segera meninggalkan Suriah.