REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ayah korban pembagian sembako maut di Monas, Djunaedi, mengaku ikhlas melepaskan kepergian anaknya. Mahesa, anaknya ikut menjadi korban meninggal dunia dalam insiden pembagian sembako pekan lalu.
Djunaedi mengaku tidak berkeinginan melanjutkan permasalahan tersebut. Ia menuturkan, pihak keluarga juga menolak jenazah Mahesa diautopsi.
Pihak terkait dari Suku Dinas Pariwisata, Walikota, Camat, dan staf Pemerintah Kota mewakili Gubernur dan Wakil Gubernur juga disebutnya sudah hadir ke rumahnya. "Saya sudah iklhaskan tidak ada tekanan," kata Djunaedi di Mapolda Metro Jaya, Sabtu (5/5).
Djunaedi juga menyebutkan, panitia yang mengatasnamakan Relawan Untukmu Indonesia juga sudah mendatangi rumahnya. Ia juga mendapatkan uang santunan dari yang mendatanginya tersebut. Namun, Djunaedi membantah bila uang tersebut berfungsi sebagai uang tutup mulut agar ia tak melanjutkan kasusnya. "Itu tidak ada nilainya kalau dibandingkan nyawa anak saya pak," ujar dia.
Djunaedi mengaku benar-benar telah mengikhlaskan kepergian anaknya. Banyak pula pihak yang menawarkan bantuan untuk kasus ini, namun ia menolak dan menganggap kasus ini selesai.
Sikap Djunaedi berbeda dengan Komariah, ibu korban lainnya yang melaporkan kasus ini ke Badan Reserse Kriminal Polri. Mengenai sikap Komariah ini, Djunaedi mengaku itu merupakan hak yang bersangkutan. Mengenai proses lainnya ka serahkan pada pihak kepolisian.
"Ya itu kerjaan kepolisian, menurut saya itu saja sudah cukup. Kalau pihak sana menuntut itukan hak mereka. Saya kan juga punya hak," ucap Djunaedi.
Djunaedi telah hadir ke Polda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan terkait kasus ini pada Sabtu (5/5). Ia mengaku ditanya seputar kronologi kepergian anaknya dari rumah hingga sempat menghilang, ditemukan, dan tewas di RS Tarakan di hari pembagian sembako Untukmu Indonesia, Sabtu (28/4) lalu.