REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- Bentrokan kembali terjadi di wilayah Kashmir, India. Bentrokan yang terjadi antara pasukan pemerintah dan gerilyawan tersebut menewaskan dua orang warga sipil.
Ratusan penduduk desa melemparkan batu ke pasukan India dalam upaya membantu gerilyawan yang terperangkap di sebuah rumah sipil di daerah Shopian. Gerilyawan dan tentara juga mengepung desa itu menyusul sekelompok intelijen yang bersembunyi di sana.
Ketika para gerilyawan dan tentara bertempur, pasukan pemerintah juga menembakkan peluru dan gas air mata ke demonstran yang mencoba mencapai lokasi penembakan. Dua warga sipil tewas, satu di antaranya seorang remaja laki-laki, dan setidaknya 30 lainnya terluka dalam bentrokan itu.
Itu adalah hari kedua dari kerusuhan besar yang telah terjadi di kawasan tersebut. Kawasan dimana India dan Pakistan saling mengklaim mengurus wilayah yang terletak di perbatasan tersebut. Sejak 1989, pemberontak India telah memenangkan kawasan tersebut.
Sebagian besar penduduk setempat saat ini berada satu baris dengan para pemberontak. Mereka membantu melindungi para pemberontak selama operasi militer. Tahun lalu, setidaknya 29 orang tewas dan ratusan orang luka-luka dalam bentrokan itu.
Pada Sabtu, pasukan India telah menewaskan tiga orang yang dicurigai sebagai pemberontak di Srinagar, sementara seorang warga sipil tewas dalam bentrokan dengan pasukan pemerintah. Tiga orang lainnya tewas dalam penembakan yang dituduhkan polisi pada pemberontak.
Bisnis-bisnis ditutup di sebagian besar Kashmir pada hari ini setelah separatis menyerukan pemogokan untuk memprotes kematian hari sebelumnya. Internet di ponsel juga tetap ditangguhkan untuk hari kedua. Polisi bersenjata dan tentara paramiliter berpatroli di seluruh wilayah dan juga memberlakukan penguncian keamanan di bagian lama Srinagar, jantung kota protes anti-India.
"Setelah beberapa jam pertempuran, lima militan tewas dan seorang polisi juga beberapa tentara luka," kata S.P. Vaid.
Di antara mereka yang tewas adalah komandan pemberontak dan asisten profesor universitas yang secara resmi bergabung dengan barisan militan dua hari yang lalu. Hal itu dibenarkan oleh pernyataan, Universitas Kashmir yang mengatakan pada Sabtu dosen sosiologi, Mohammed Rafi Bhat, telah hilang sejak Jumat.
Mengantisipasi protes, Universitas Kashmir hari ini mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa kelas-kelas akan tetap diskors selama dua hari ke depan sebagai upaya pencegahan.