Ahad 06 May 2018 23:43 WIB

Gedung Putih Kecam Pemaksaan Kebijakan 'Satu Cina'

Taiwan, Hongkong, dan Makau dilarang untuk disebut sebagai negara merdeka.

Presiden AS Donald Trump.
Foto: AP
Presiden AS Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih pada Sabtu (6/5) mengecam keras langkah Cina yang memaksa perusahaan penerbangan asing mengubah penyebutan terhadap Taiwan, Hongkong dan Makau sebagai negara merdeka. Dinas penerbangan sipil Cina telah mengirim surat kepada 36 perusahaan penerbangan asing, termasuk beberapa dari Amerika Serikat (AS).

Gedung Putih menyebutnya kebijakan "Orwelian, yang tidak masuk akal". Presiden AS Donald Trump, menurut keterangan resmi Gedung Putih, "Akan memihak pada upaya perlawanan terhadap langkah Partai Komunis China, yang memaksakan kebenaran politik versi China terhadap perusahaan dan warga Amerika Serikat".

"Itu kebijakan Orwelian, yang tidak masuk akal. Kami mendesak China untuk berhenti memaksa dan mengancam maskapai Amerika," kata Gedung Putih.

Taiwan sendiri merupakan persoalan teritorial paling sensitif bagi Beijing, yang menuntut semua negara untuk mengakui wilayah itu sebagai salah satu provinsi Cina -- atau lebih dikenal sebagai kebijakan satu-Cina. Sementara itu, Hongkong dan Makau adalah bekas jajahan Eropa, yang kini menjadi bagian dari Cina, namun dengan pemerintahan relatif otonom.

Kritik keras Gedung Putih ini terjadi setelah perundingan perdagangan alot antara kedua negara pada awal pekan ini. Trump menuntut pengurangan defisit perdagangan sebesar 200 miliar dolar AS pada 2020, menurunkan tarif, dan menghapus subsidi bagi industri teknologi Cina, kata sejumlah sumber.

"Tim saya baru saja kembali dari Cina. Kami harus mengerjakan ulang hubungan dengan Cina karena selama ini hubungan antara kedua negara tidak imbang," kata Trump pada Sabtu lalu.

Pada awal pekan ini, Trump membanggakan hubungan baiknya dengan Presiden Cina Xi Jinping. Namun, hingga kini belum muncul tanda-tanda keberhasilan perundingan sampai pada Kamis dan Jumat, sehingga memunculkan kekhawatiran terjadinya perang dagang antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu.

Trump sudah mengusulkan tarif sebesar 50 miliar dolar AS bagi barang-arang asal Cina yang berpotensi mulai berlaku pada bulan depan. Cina balik mengancam akan memberlakukan tarif bagi produk kedelai dan pesawat bikinan Amerika Serikat.

Beijing juga meminta Washington untuk memperlakukan investasi dari Cina secara setara dengan negara-negara lain, dan berhenti memberlakukan pembatasan terhadap modal Cina. Sengketa mengenai bagaimana maskapai asing menyebut Hong Kong, Taiwan, dan Makau adalah ketegangan lain antara Amerika Serikat dengan Cina.

Juru bicara Airlines for Amerika, yang mewakili sejumlah perusahaan asal Amerika Serikat, mengatakan bahwa mereka berkomunikasi dengan pemerintah untuk memutuskan langkah lebih lanjut. Pada Januari, Delta Air Lines meminta maaf karena "Melakukan kesalahan tidak disengaja tanpa niat politik" karena menyebut Taiwan dan Tibet sebagai negara.

 

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement