REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Israel telah menunggu pembukaan Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes AS) untuk negara tersebut di Yerusalem. Pembukaan kedubes ini dijadwalkan dilaksanakan pada 14 Mei mendatang.
Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengatakan negaranya siap membayar 'harga' atas keputusan AS memindahkan kedubesnya ke Yerusalem. Sebab bagaimanapun, pemindahan gedung kedubes ini menegaskan kembali bahwa Yerusalem merupakan bagian dari Israel.
"Tidak ada yang gratis. Pembukaan kedubes AS di Yerusalem akan datang dengan sebuah 'harga' dan ini layak untuk 'membayarnya'. Kami harus siap untuk membayar harga," kata Lieberman, dikutip laman Al Araby pada Ahad (6/5).
Kendati demikian, Lieberman tak memberikan keterangan lebih terperinci terkait hal ini.
AS telah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember 2017. AS menjadi negara pertama yang melakukan hal tersebut.
Kendati demikian, keputusan AS menuai cukup banyak kecaman dan protes, terutama dari negara-negara Arab. AS dinilai telah melanggar berbagai resolusi internasional terkait Yerusalem.
Tak lama setelah keputusan tersebut, Palestina menarik diri dari perundingan damai dengan Israel yang dimediasi AS. Palestina menilai AS tak lagi menjadi mediator netral karena terbukti membela kepentingan Israel.