Senin 07 May 2018 11:02 WIB

Kemenkes: Target Penurunan Prevalensi Merokok Sulit Tercapai

Usia perokok pemula di Indonesia juga semakin muda.

Kampanye antirokok.
Foto: Yasin Habibi/Republika
Kampanye antirokok.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugiantono mengatakan salah satu target Nawacita Presiden Joko Widodo, yaitu penurunan prevalensi merokok, akan sulit tercapai. Target ini hanya dapat dengan upaya yang sangat keras dan masif.

"Melihat berbagai data dan riset, prevalensi merokok meningkat tajam, prevalensi perokok 15 tahun ke atas dan perempuan meningkat," kata Anung dalam Konferensi Indonesia tentang Tembakau atau Kesehatan (ICTOH) Ke-5 di Surabaya, Senin (7/6).

Anung mengatakan perokok pemula di Indonesia juga usianya semakin muda. Permasalahan-permasalahan itu harus dipecahkan bersama bila ingin mewujudkan Nawacita.

Menurut Anung, tantangan ke depan adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran dan komitmen bersama masyarakat dan pemerintah. "Membangun kesadaran masyarakat akan hak lingkungan yang sehat dan bebas asap rokok, penting dilakukan pada masa kini dan masa depan," tuturnya.

Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, proporsi perokok terbesar berada pada usia 15 tahun hingga 19 tahun atau remaja, yaitu 7,1 persen. Pada usia 10 tahun hingga 14 tahun ditemukan 1,4 persen perokok.

Penduduk usia 15 tahun ke atas dilaporkan terdapat peningkatan perilaku merokok dari 34,2 persen pada 2007 menjadi 36,3 pada 2013. Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, presentase pengguna rokok adalah 64,9 persen laki-laki dan 2,1 persen perempuan.

Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional 2005, belanja bulanan rumah tangga perokok menempatkan belanja tembakau di urutan kedua (10,4 persen dari pendapatan keluarga) setelah padi-padian (11,3 persen dari pendapatan keluarga). Pembelanjaan untuk tembakau setara dengan lima kali belanja daging, telur, susu; tiga kali biaya pendidikan; dan empat kali untuk keperluan kesehatan. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement