REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugiantono mengatakan salah satu target Nawacita Presiden Joko Widodo, yaitu penurunan prevalensi merokok, akan sulit tercapai. Target ini hanya dapat dengan upaya yang sangat keras dan masif.
"Melihat berbagai data dan riset, prevalensi merokok meningkat tajam, prevalensi perokok 15 tahun ke atas dan perempuan meningkat," kata Anung dalam Konferensi Indonesia tentang Tembakau atau Kesehatan (ICTOH) Ke-5 di Surabaya, Senin (7/6).
Anung mengatakan perokok pemula di Indonesia juga usianya semakin muda. Permasalahan-permasalahan itu harus dipecahkan bersama bila ingin mewujudkan Nawacita.
Menurut Anung, tantangan ke depan adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran dan komitmen bersama masyarakat dan pemerintah. "Membangun kesadaran masyarakat akan hak lingkungan yang sehat dan bebas asap rokok, penting dilakukan pada masa kini dan masa depan," tuturnya.
Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, proporsi perokok terbesar berada pada usia 15 tahun hingga 19 tahun atau remaja, yaitu 7,1 persen. Pada usia 10 tahun hingga 14 tahun ditemukan 1,4 persen perokok.
Penduduk usia 15 tahun ke atas dilaporkan terdapat peningkatan perilaku merokok dari 34,2 persen pada 2007 menjadi 36,3 pada 2013. Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, presentase pengguna rokok adalah 64,9 persen laki-laki dan 2,1 persen perempuan.
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional 2005, belanja bulanan rumah tangga perokok menempatkan belanja tembakau di urutan kedua (10,4 persen dari pendapatan keluarga) setelah padi-padian (11,3 persen dari pendapatan keluarga). Pembelanjaan untuk tembakau setara dengan lima kali belanja daging, telur, susu; tiga kali biaya pendidikan; dan empat kali untuk keperluan kesehatan.