REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Lebih dari 50 orang menjadi korban dalam peristiwa ledakan bom di sebuah masjid yang berlokasi di bagian timur Provinsi Khost, Afghanistan. Puluhan warga itu menjadi korban usai melaksanakan shalat.
"Sedikitnya 17 warga meninggal dan 34 warga lainnya mengalami luka-luka," kata Kepala Departemen Kesehatan setempat Habib Shah Ansari, seperti diwartakan Reuters, Senin (7/5).
Juru Bicara Kepolisian Provinsi Khost Basir Bina mengatakan, masjid tersebut sekaligus menjadi lokasi bagi warga yang ingin mendaftar dalam pemilu parlemen. Pemilu yang sempat tertunda itu rencananya akan kembali dilakukan pada Oktober nanti.
Bom meledak pada bagian kiri masjid tersebut. Otoritas setempat mengonfirmasi jika ledakan bukan dilakukan oleh pelaku bom bunuh diri. Kepolisian mengatakan, bahan peledak tersebut sengaja ditinggalkan pada salah satu bagian masjid tersebut.
Warga yang menjadi korban dalam pertistiwa itu lantas dilarikan ke rumah sakit terdekat. Peristiwa tersebut mendapat respons dari lembaga kemanusiaan Medecins Sans Frontieres. Lembaga itu disebut-sebut telah memberikan pasokan persediaan kebutuhan darurat korban seperti peralatan medis dan obat-obatan.
Aparat mengatakan, ledakan kali ini merupakan serangkaian serangan yang membidik pusat daftar pemilih sejak pendaftaran pemilih dilakukan pada April lalu. Sebelumnya, militan Taliban memperingatkan warga untuk tidak ikut serta dalam kegiatan pemilu.
Mereka menolak dikaitkan dengan serangan yang terjadi. Sementara, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Kepolisian juga masih melakukan penyeledikan lebih lanjut terkait serangan itu.