REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PKS dan PAN disarankan untuk duduk bersama secara serius untuk membahas koalisi di Pilpres 2019. Sebagai partai yang lahir dari proses reformasi, PAN dan PKS harus bisa menjaga proses demokratisasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Politikus PKS, Mahfudz Siddiq, mengatakan saat gerakan reformasi 1998, dua tokoh PAN dan PKS, Amien Rais dan Fahri Hamzah, sering beriringan dalam aksi-aksi demonstrasi. Amien Rais yang dijuluki Bapak Reformasi kemudian mendirikan PAN (Partai Amanat Nasional) dan Fahri Hamzah menjadi salah seorang deklarator PK (Partai Keadilan).
"Bahkan setelah pemilu 1999, PK dan PAN di DPR pernah bergabung bersama menjadi Fraksi Reformasi," kata Mahfudz, kepada Republika.co.id, Rabu (9/5).
Dijelaskannya, reformasi telah melewati empat kali pemilu. Demokratisasi semakin terkonsolidasi. Tetapi masalah serius yang dihadapi sekarang adalah belum terwujudnya kesejahteraan.
Memasuki pemilu ke-5 di era reformasi, menurut dia, ada dua gejala serius yang harus disikapi, yaitu munculnya kekhawatiran akan sikap otoriter dan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat.
“Maka sebagai partai yang lahir dari proses reformasi, PKS dan PAN perlu duduk bersama dan serius membahas perkara pemilu 2019,” ungkap anggota Fraksi PKS DPR tersebut.
Menurutnya, kedua partai ini memiliki tanggungjawab sejarah untuk menjaga proses demokratisasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Kalau kedua partai ini bersepakat, maka sangat mungkin muncul pemimpin baru yang dibutuhkan oleh rakyat. Sehingga aspirasi luas terhadap gerakan ganti presiden bisa terwujud,” lanjutnya.
Mahfuz juga menyambut baik pertemuan antara Ketum PAN, Zulkifli Hasan dengan mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo. “Bagus itu dalam rangka menemukan pemimpin alternatif untuk menjaga dan mewujudkan agenda reformasi yang sudah berusia 20 tahun,” ungkapnya. Ia berharap PKS juga bisa menjalin komunikasi serupa.