REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Aktor utama di film 212 The Power of Love, Fauzi Baadilla menceritakan kendala yang sempat ditemui kru dalam memproduksi film yang diilhami Aksi 212, yakni aksi yang penuh damai dan cinta kepada sesama dan kepada NKRI. Ia mengaku, proses awal pengambilan gambar memang cukup sulit karena tim produksi sempat kepayahan dalam mendapat izin pengambilan gambar.
Bahkan, lanjutnya, script atau naskah film 212 harus berkali-kali dicek oleh pihak-pihak tertentu yang ia tak mau sebutkan.
"Izinnya juga cukup sulit, ada area-area yang kami tak boleh masuk. Buat dapat izin saja berlapis-lapis. Tektok ke sana sini, banyak lapisan yang sulit ditembus," kata Fauzi sebelum acara nonton bareng film 212 di Padang, Rabu (9/5).
Fauzi juga menyadari, film 212 punya tantangan untuk bersaing dengan film-film pop lainnya, termasuk film laris dari luar negeri. Hal ini membuat film 212 harus susah payah mendapat jatah layar di jaringan bioskop-bioskop Indonesia.
Meski begitu ia optimistis, dengan animo masyarakat yang tinggi maka film 212 The Power of Love bisa bertahan lama di bioskop.
"Walau tayang namun slot sedikit, sehingga harus dari masyarakat untuk nonton di hari pertama dan ketiga. Karena kita harus bersaing dengan film lokal dan luar negeri," ujar Fauzi.
Berdasarkan catatan produser, sudah lebih dari 50 ribu orang menonton film 212 The Power of Love pada pemutaran perdananya, Rabu (9/5).
Bahkan, menurut Erick Yusuf selaku produser, jumlah penonton di hari pertama ini bisa mencapai 100 ribu orang. Mereka tersebar di berbagai kota di Indonesia, dari Jabodetabek hingga Solo dan Makassar.
Menurut Erick, besarnya animo ini karena banyak umat yang sangat penasaran dan menantikan cerita 212 The Power of Love. Tidak hanya di hari pertama, ia berharap antusiasme masyarakat bisa terus dirasakan sampai beberapa waktu ke depan.