Kamis 10 May 2018 10:53 WIB

Deradikalisasi Napi Teroris di Penjara Perlu Diatur Kembali

Napi teroris perlu ditempatkan di lapas khusus dengan sarana pemulihan yang berbeda.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Indira Rezkisari
Wakapolri Komjen Syafruddin (ketiga kiri) didampingi Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Aziz (kiri) menyalami anggota Brimob pasca kericuhan yang terjadi di Rutan cabang Salemba di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Rabu (9/5). Sebanyak 155 narapidana menyerah setelah dilakukan tindakan ultimatum dan selanjutnya dibawa ke Lapas Nusakambangan.
Foto: Republika/Putra M Akbar
Wakapolri Komjen Syafruddin (ketiga kiri) didampingi Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Aziz (kiri) menyalami anggota Brimob pasca kericuhan yang terjadi di Rutan cabang Salemba di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Rabu (9/5). Sebanyak 155 narapidana menyerah setelah dilakukan tindakan ultimatum dan selanjutnya dibawa ke Lapas Nusakambangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri langsung memindahkan 155 narapidana terorisme yang menyandera sembilan anggota Polri di Rumah Tahanan Salemba cabang Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok ke Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Anggota Panitia Khusus Revisi UU Anti Terorisme Bobby Adityo mendukung rencana pemindahan tersebut, dengan didasarkan berbagai pertimbangan salah satunya alasan keamanan.

"Itu terserah Pemerintah, bila ada pertimbangan bahwa Mako brimob berada di lalu lintas pemukiman masyarakat dan napi terorisme banyak yang memiliki kemampuan kombatan," ujar Bobby saat dihubungi Kamis (10/5). Namun, Bobby meminta usai pemindahan di Lapas Nusakambangan, upaya deradikalisasi di dalam penjara kepada para napi teroris perlu diatur kembali. Menurutnya, para napi teroris harus ditempatkan di lapas khusus sebagai sarana pemulihan yang berbeda dengan napi kriminal biasa.

Hal agar di lapas manapun, tidak menjadi tempat rekrutmen baru dan pengembangan ideologi napi terorisme. "Seperti contoh konsentrasi lebih 100 napi teroris dalam satu blok memang rentan terjadi potensi pembangkangan dalam penjara," ujar Bobby.

Terlepas dari itu, Anggota Komisi I DPR itu mengapresiasi kinerja Polri yang dapat mengatasi kejadian tersebut dengan kepala dingin dan tidak represif. Meskipun terdapat anggota Polri yang gugur dalam proses penyanderaan sejak Selasa (8/5) kemarin.

"Sehingga bisa menyelesaikan dengan baik, walopun kita semua berduka terdapat korban anggota Polisi yang gugur syahid," kata Bobby. Politikus Golkar juga menilai setelah pemulihan di Mako Brimob, perlu kembali ditelaah protokol keamanan di Mako Brimob agar memiliki keamanan berlapis.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement