REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presidium Medical Emergency Rescue Committee (Mer-C) Dokter Joserizal Julnalis mengatakan, sangat menghormati tindakan Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri) dalam menangani insiden di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Ia terutama sangat menghargai penggunaan soft approach Wakapolri menuntaskan insiden penyanderaan.
"Masalah terorisme ini sudah saya pelajari 18 tahun, sejak kejadian Maluku (kerusuhan Ambon 2011). Saya respect dengan Wakapolri Komjen Syafruddin untuk meminimalisir korban dengan cara soft approach," ujar Joserizal dalam konferensi pers yang diadakan di Kantor Pusat Mer-C, Kramat Lontar, Jakarta Pusat, Kamis (10/5).
Menurut dia, tindakan yang dilakukan polisi telah benar dengan mengedepankan dua kewajiban yang harus segera dituntaskan. Pertama, bagaimana caranya polisi meminimalisir korban dan ini telah dilakukan. Kedua, harus dilakukan evaluasi dan pertimbangan dalam menentukan segala keputusan.
"Itu adalah teorinya. Makanya waktu sehabis kerusuhan di Ambon, Maluku, saya langsung keliling Eropa karena saya menangkap akan terjadi sesuatu, jadi saya harus pelajari itu. Ternyata benar saja, setelah Ambon, terjadi peristiwa 911," papar lelaki bergelar dokter itu.
Dari situ, ia mulai menulis buku terkait kerusuhan Ambon dan peristiwa runtuhnya menara tertabrak pesawat saat 11 September atau 911, serta berlanjut dengan menulis juga soal perang saudara di Afghanistan dan tragedi Arab Spring. Sejak 2000 hingga 2018, Joserizal sudah lekat dalam persoalan dunia tentang teroris.
Keputusan Wakapolri yang menginginkan dialog sebagai orang yang beragama Islam, dirasa sangat baik. Karena bos dari teroris ini justru menginginkan kerusuhan seperti yang terjadi di dalam Rutan Salemba cabang Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
"Kami belum koordinasi dengan Polri untuk tangani korban. Tugas kami adalah mencegah korban bertambah, serta menghentikan konflik. Ke depan, saya akan minta Wakapolri untuk jadi tim mediasi dalam bidang kesehatan, baru nanti kita bicara hal besar," tutur Joserizal.
Lima anggota Polri tewas setelah disandera pascakerusuhan oleh narapidana terorisme di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat pada Selasa (8/5). Selain itu, salah satu narapidana teroris asal Pekanbaru juga tewas karena berusaha melawan dan merebut senjata polisi.
Dalam perkembangan terkini, jumlah teroris yang terlibat ternyata mencapai hingga 155 orang dan mereka telah menyerahkan diri pada Kamis (10/5) sekitar pukul 07.00 WIB. Saat ini, mereka dipindahkan tahanannya ke Nusakambangan.