REPUBLIKA.CO.ID, PADANGPARIAMAN -- Keluarga Beny Syamsu Trisno, napi teroris (napiter) yang tewas dalam kerusuhan di Rumah Tahanan Mako Brimob, Depok, Selasa (8/5) lalu, mendesak pemerintah untuk membantu biaya pemulangan jenazah ke Padang Pariaman, Sumatra Barat. Ini agar tidak membebani pihak keluarga.
Hingga Kamis (10/5) malam ini, pihak keluarga belum memperoleh kepastian kapan jenazah Beny tiba di Bandara Internasional Minangkabau, Padang Pariaman. Menurutnya, sebagian anggota keluarga sudah menunggu di salah satu kediaman keluarga di Ketaping, Padang Pariaman.
"Istrinya juga di sana," kata Sahrial, Paman Beny Syamsu Trisno di kediamannya, Kamis (10/5).
Sosok Beny juga dikenal jarang pulang ke kampungnya di Padang Pariaman. Ermita (50 tahun), adik dari ibu kandung Beny, menyampaikan bahwa pihaknya yang menetap di kampung jarang menjalin komunikasi dengan keluarga Beny di perantauan. Bahkan, menurut ingatannya, Beny hanya satu kali pulang ke Padang Pariaman yakni sesaat setelah ia menikah dengan istrinya yang berasal dari Agam, Sumbar, sekitar 2010-2013.
"Saya ndak tahu apa-apa, tahunya dari tv aja. Dia ndak pernah pulang ke sini. Di tv kan tampak namanya jelas, Trisno (panggilan akrab Beny)," jelas Ermita.
Warga Nagari Malai V Suku Timur menyatakan keberatan bila jenazah Beny dimakamkan di kampung kelahirannya. Bersama tokoh adat, warga meminta keluarga memakamkan jenazah Beny di tempat tinggal terakhirnya.
Mendengar rencana pemakaman jenazah napi teroris tersebut, Wali Nagari melakukan dialog dengan pihak keluarga bersama ninik mamak, Wali Nagari Induk, Kerapatan Adat Nagari (KAN), dan Polsek setempat. Hasilnya, disepakati Beny tidak jadi dimakamkan di Nagari Malai Limo Suku Timur.
"Kami bukan menolak, namun dengan pertimbangan tadi. Dengan berat hati, keluarga menerima pemakaman tidak di sini. Kami minta makamkanlah di tempat lain," jelas Wali Nagari Malai Limo Suku Timur, Buyung Intan.
Buyung menceritakan, sejak meninggalkan kampung halaman pada dua dekade lalu, masyarakat di desanya tak pernah lagi menjalin komunikasi dengan Beny. Begitu juga dengan kasus terorisme yang menimpa Beny, masyarakat desa juga tak tahu menahu. Buyung mengatakan, ia baru tahu bahwa Beny tewas setelah melihat pemberitaan di televisi.