Jumat 11 May 2018 00:59 WIB

Pemerintah Bantu Pendidikan Anak Polisi Korban Kerusuhan

Pemerintah akan bantu pendidikan anak polisi korban kerusuhan di Mako Brimob.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Bayu Hermawan
Menteri Sosial Idrus Marham memangku  anak tiri dari Alm Aiptu Anumerta Denny Setiawan saat melakukan kunjungan ke kediaman  Denny Setiawan di Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (10/5).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Menteri Sosial Idrus Marham memangku anak tiri dari Alm Aiptu Anumerta Denny Setiawan saat melakukan kunjungan ke kediaman Denny Setiawan di Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (10/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah akan memberikan bantuan pendidikan terhadap anak anggota polisi yang meninggal dalam kerusuhan di rumah tahanan cabang Salemba di Markas Komando (Mako Brimob) Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Hal itu disampaijan Menteri Sosial Idrus Marham saat mengunjungi rumah duka Bripka Denny Setiawan di Cipayung, Jakarta Timur.

Idrus memastikan bahwa pendidikan anak tersebut tidak akan putus hanya karena biaya. Namun, Idrus tidak menjelaskan secara rinci bantuan pendidikan seperti apa yang diberikan. "Kementerian Sosial memberikan bantuan kepada ahli waris yang sudah kami sampaikan kepada anaknya," kata Idrus saat mengunjungi rumah duka, Kamis (10/5).

Idrus mengatakan, sesuai yang diamanatkan oleh Presiden Joko Widodo kepadanya, korban aksi terorisme dan radikalisme akan dibantu pendidikannya oleh pemerintah. Oleh sebab itu, ia memastikan bahwa Wahyu akan mendapatkan bantuan pendidikan.

"Kita pastikan anak korban ini tidak boleh berhenti sekolah karena masalah biaya. Kita pastikan bahwa ini harus tetap lanjut sekolahnya dan pendidikannya," ujarnya.

Idrus juga mengapresiasi kinerja pihak kepolisian dalam menghadapi masalah tersebut. Sebab, pihak kepolisian telah berusaha untuk meminimalisir korban hingga mengakibatkan tewasnya beberapa anggotanya.

"Kita memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada pihak kepolisian karena telah mengambil langkah-langkah yang luar biasa untuk meminimalisir akibat terjadinya korban yang lebih besar dengan langkah-langkah yang dilakukan. Saya kira ini sangat luar biasa," tambahnya.

Idrus mengajak semua pihak agar tidak 'menggoreng' lagi masalah tersebut dan menjadikannya sebagai sebuah pelajaran. Sebab, hal itu dapat merusak keharmonisan dan merusak rasa sosial diantara sesama masyarakat.

"Saya kira jelas ini perintahnya dari Presiden. Sehingga seluruh jajaran tidak hanya pihak kepolisian, tapi seluruh pihak yang ada kita harus sama-sama menjadikan aksi teroris sebagai musuh negara, musuh bangsa dan musuh kita bersama. Cara kita bertindak kita harus tegas bahwa itu tidak boleh ada di republik ini," jelasnya.

Seperti diketahui, almarhum meninggalkan seorang istri bernama Etty Prihartini yang juga memiliki profesi yang sama dengan almarhum. Almarhum juga meninggalkan satu anak laki-laki berumur 11 tahun yaitu Rizki Wahyu Dinoto dan seorang anak perempuan yaitu Denti Maharani yang berumur dua tahun.

(Baca juga: Fahira: Jangan Berspekulasi Soal Kerusuhan Rutan Mako Brimob)

Bentrokan antara narapidana kasus terorisme (Napiter) dengan anggota polisi terjadi di Mako Brimob pada Selasa (9/5) malam lalu. Dalam peristiwa ini, napiter sempat menguasai sebagian rutan Mako Brimob, dan menewaskan lima anggota polisi.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Mohammad Iqbal menegaskan, penyebab kerusuhan berbuntut penyanderaan itu terkait soal makanan.

"Sudah sering saya sampaikan bahwa kejadian ini dipicu oleh permasalahan makan tahanan harus diverifikasi petugas, terjadi miskomunimasi di situ terjadi keributan," kata Iqbal di Kompleks Polisi Direktorat Polisi Satwa, Baharkam Polri, Kelapa Dua, Depok, Kamis (10/5).

Sejumlah situs di internet mengatasnamakan ISIS, termasuk kantor berita Al-Amaw mengaku bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Namun, Iqbal membantah hal tersebut. "Sampai saat ini kami membantah itu. Sampai saat ini insiden itu hanya dipicu permasalahan makan," kata Iqbal menegaskan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement