REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Fira Nursya'bani, Marniati
KUALA LUMPUR -- Mahathir Mohamad secara resmi menjabat sebagai perdana menteri (PM) Malaysia menggantikan Najib Razak. Kepastian itu diperoleh setelah Mahathir dilantik dan diambil sumpah sebagai PM ke-7 Malaysia oleh Raja Malaysia Sultan Muhammad V di Istana Negara, Kuala Lumpur, Kamis (10/5) pukul 21.30 waktu setempat.
Sebelum acara dimulai, terdapat berbagai spekulasi, termasuk yang menyebut pelantikan Mahathir tidak akan dilaksanakan pada hari itu juga. Bahkan, ada anggapan Raja Malaysia menunda pengangkatan Mahathir seiring kemenangan mengejutkan koalisi Pakatan Harapan (PH) dalam Pemilihan Umum ke-14 Malaysia, Rabu (9/5).
Namun, semua itu dibantah pejabat Istana Negara dalam rilisnya. "Yang Mulia Raja telah setia melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan Konstitusi Federal dengan mengangkat Mahathir sebagai perdana menteri. Yang Mulia Raja sangat mendukung dan menghormati proses demokrasi dan keinginan rakyat," tulis Istana Negara, seperti dikutip Channel News Asia, kemarin.
Mahathir, yang kini berusia 92 tahun, akan segera menjadi PM tertua di dunia. Ini juga menjadi kali kedua bagi Mahathir menjabat sebagai PM setelah sebelumnya menjabat pada kurun waktu 1981 sampai dengan 2003.
Persaingan sengit selama masa kampanye hingga pemungutan suara dalam Pemilihan Umum ke-14 Malaysia, Rabu (9/5), mengakhiri kekuasaan koalisi Barisan Nasional (BN) yang telah berkuasa selama enam dekade. Koalisi PH menguasai mayoritas parlemen dengan raihan 113 kursi dari total 222 kursi.
Kemenangan Mahathir juga menandai berakhirnya masa jabatan Najib selama sembilan tahun. Najib telah berkuasa sejak 2009. Namun, reputasinya ternoda oleh skandal korupsi 1MDB yang mencuat tiga tahun silam. Dalam skandal itu, dana pemerintah sebesar 2,6 miliar dolar AS diduga digelapkan, termasuk 681 juta dolar AS yang diduga masuk ke rekening bank pribadinya.
Mahathir sebelumnya merupakan anggota UMNO, bagian dari koalisi BN, ketika pertama kali memegang kekuasaan pada 1981. Mahathir memainkan peran kunci dalam pemilihan anak didiknya, Najib, sebagai PM pada 2009. Namun, hubungan keduanya memburuk pada 2015 setelah Najib terlibat dalam skandal 1MDB. Pada saat itu, Mahathir tidak hanya mengumumkan pembentukan partai politik sendiri, yaitu Bersatu, tetapi beralih dan bergabung dengan koalisi oposisi.
Baca Juga: Harapan Rakyat Malaysia pada Mahathir