Jumat 11 May 2018 11:28 WIB

Hujan Abu Vulkanis Gunung Merapi Landa Sebagian Besar Sleman

Letusan freatik Merapi terjadi Jumat pagi dengan tinggi kolom 5.500 meter dari puncak

Red: Nur Aini
Hujan abu melanda sekitaran Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY, Jum'at (11/5) pagi.  Masyarakat sekitaran Gunung Merapi telah diimbau menjauhi  radius 3-5 kilometer dari puncak Merapi.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Hujan abu melanda sekitaran Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY, Jum'at (11/5) pagi. Masyarakat sekitaran Gunung Merapi telah diimbau menjauhi radius 3-5 kilometer dari puncak Merapi.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sebagian besar wilayah di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dilanda hujan abu cukup pekat pascaletusan freatik Gunung Merapi pada Jumat pagi (11/5).

Hujan abu yang terjadi terpantau sampai jarak lebih dari 20 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Hujan abu selain terjadi di kawasan lereng Gunung Merapi hujan terjadi di wilayah Kecamatan Depok, Kecamatan Kalasan, Kecamatan Mlati, Kecamatan Gamping, dan Kecamatan Ngaglik, serta Godean.

"Hujan abu cukup tebal mulai turun sekitar pukul 08.30 WIB, ketebalan abu cukup terasa hingga membuat cuaca gelap dan jarak pandang terhalang. Selain itu juga menempel di pakaian cukup tebal," kata Anggraheni Praduria pengguna jalan di Jalan Lingkar Utara Depok Sleman.

photo
Masker dibagikan ke pengendara yang mengarah ke sekitaran kaki-kaki Gunung Merapi, Jum'at (11/5). Pengendara turut diminta menjauhi akses jalan radius 3-5 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Salah satu warga di Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping Jumadi mengatakan, hujan abu mulai turun di wilayahnya sekitar satu jam lebih dari peristiwa letusan Merapi.

"Tadi saya mendapat informasi dari media sosial kalu Marapi 'batuk' sekitar pukul 08.00 WIB, setelah itu sekitar pukul 09.00 WIB di wilayah ini terjadi hujan abu cukup tebal," katanya.

Letusan freatik Merapi disertai suara gemuruh dengan tekanan sedang hingga kuat dan tinggi kolom 5.500 meter dari puncak kawah. Letusan melontarkan abu vulkanik, pasir dan material piroklatik.

"Letusan berlangsung tiba-tiba. Jenis letusan adalah letusan freatik yang terjadi akibat dorongan tekanan uap air yang terjadi akibat kontak massa air dengan panas di bawah kawah Gunung Merapi," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran pers.

Ia mengatakan, jenis letusan tersebut tidak berbahaya dan dapat terjadi kapan saja pada gunungapi aktif. Biasanya letusan hanya berlangsung sesaat. Gunung Merapi sebelumnya pernah terjadi letusan freatik.

"Status Gunung Merapi hingga saat ini masih tetap normal (Level I) dengan radius berbahaya adalah tiga kilometer dari puncak kawah. PVMBG tidak menaikkan status Gunung Merapi dan masih terus memantau perkembangan aktivitas vulkanik," katanya.

Sutopo mengimbau masyarakat tetap tenang. Hingga saat ini, belum ada laporan korban jiwa. BPBD dan aparat masih melakukan pemantauan.

"BPBD Sleman telah menginstruksikan masyarakat yang tinggal dalam radius 5 km seperti daerah Kinahrejo sudah diinstruksikan untuk evakuasi ke bawah di barak pengungsi. Masyarakat merespons dengan evakuasi mandiri ke tempat yang aman," katanya.

BPBD telah mendistribusikan masker. Hujan abu diperkirakan turun di sekitar Gunung Merapi khususnya di bagian selatan dan tergantung dari arah angin.

"Dilaporkan hujan abu vulkanis terjadi di Tugu Kaliurang Sleman Yogyakarta. Posko BNPB terus berkoordinasi dengan BPPTKG PVMBG dan BPBD," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement