REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan dukungannya pada Aksi Bela Palestina yang diselenggarakan pada Jumat (11/5) di kompleks Monumen Nasional (Monas). Menurut dia, dukungan untuk negara ini telah digaungkan sejak lama oleh para pendiri bangsa.
"Palestina ini hampir sepakat lah kita semua. Bahkan, dari zaman Bung Karno, kita sepakat kalau kita harus memberikan perhatian lebih dan solidaritas kesetiakawanan kepada Palestina dan kita dukung agar Palestina ini bisa setara dengan bangsa-bangsa lain," kata Sandiaga di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (11/5).
Politikus Partai Gerindra itu mengatakan, pada masa lalu Palestina telah mendukung kemerdekaan Indonesia. Ini saatnya Indonesia mengirimkan pesan yang jelas untuk membersamai perjuangan rakyat Palestina.
Sandiaga mengaku telah memiliki rencana ikut dalam aksi tersebut. Namun, ia memiliki beberapa agenda yang telah dijadwalkan sebelumnya. Ia pun memutuskan menyapa para peserta aksi seraya berlari pagi pada Jumat.
"Tadi sudah, pagi menyapa beberapa tokoh di sana, tapi habis ini saya langsung menuju ke Jaktim. Ada kunjungan di sana dan di Jakarta Utara," kata dia.
Menurut Sandiaga, suasana aksi tadi pagi berjalan kondusif. Beberapa orang tampak berjualan syal, kerudung, sajadah, maupun atribut-atribut yang sesuai dengan tema aksi tersebut. Para peserta aksi menyerukan dihentikannya kekerasan di Palestina.
Bagi Sandiaga, hal terpenting adalah memastikan lalu lintas berjalan lancar. Meski lalu lintas macet, polisi dan Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) telah melakukan rekayasa lalu lintas dengan baik.
"Saya lihat 2.100 anggota Satpol PP diterjunkan di Monas. Berarti hampir setengah Satpol PP kami kerahkan di sana untuk membantu kelancaran. Kelihatannya sangat kondusif," ujar dia.
Sandiaga berharap aksi ini akan menunjukkan sikap yang di mata dunia bahwa Jakarta dan Indonesia mendukung perdamaian dunia. Ia mengimbau para peserta aksi dan seluruh masyarakat untuk menjaga ketertiban dan persatuan. "Aksi ini adalah aksi mempersatukan," ujar dia.
Pada 6 Desember 2017 lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat ke Yerusalem dan mengakuinya sebagai ibu kota Israel.
Rencana Pemerintah Amerika Serikat ini menuai reaksi dan kecaman dari sejumlah negara, termasuk Indonesia. Yerusalem adalah kota suci bagi tiga agama besar, yaitu Kristen, Islam, dan Yahudi. Di kota itu terdapat situs-situs suci bagi ketiga agama tersebut, antara lain, Tembok Ratapan (Yahudi), Gereja Makam Kudus (Kristen), dan Masjid al-Aqsha (Islam).