REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah seorang pria yang sedang menaiki ojek online, mengenakan baju koko, celana bahan hitam, sendal jepit, dan memiliki jenggot tipis, diadang petugas jaga gerbang utama Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, lantaran mencoba mengambil foto/video. Saat diberhentikan, polisi menggeledah pria tersebut lalu mengecek juga isi tas gemblok yang ternyata berisi sajadah.
"Kamu darimana? Ini benda apa?" tanya petugas dengan tegas, sembari mengecek isi tas pria itu, Jumat (11/5).
Rupanya, pria itu baru saja mengikuti Aksi Indonesia Bela Palestina 115 di silang Monas, Jakarta Pusat. Ia pun menjelaskan kepada petugas mengapa ia mengenakan atribut baju koko dan celana bahan.
Baca juga, Napi Sempat Menguasai Bom Rakitan dan Senjata di Mako Brimob.
"Saya baru saja dari Aksi 115, hanya ingin foto saja," ujar pria itu dengan gemetaran karena merasa takut. Petugas lantas mengecek telepon genggam pria itu, dan menghapus foto-foto yang sempat terambil kamera handphone milik pria itu.
Memang sejak Jalan Komjen Pol M Jasin, Kelapa Dua, kembali dibuka, pengamanan di depan gerbang utama Mako Brimob Depok sangat dijaga ketat. Belum lagi, pengendara-pengendara yang tertangkap tangan sedang mengambil foto/video, diadang petugas dan harus menghapusnya.
Pada Selasa (8/5) sekitar pukul 21.00 WIB, langsung menutup sepanjang jalan di sekitar Mako Brimob usai insiden di Rutan Cabang Salemba di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Masyarakat dilarang melintasi jalan-jalan di sekitar Mako Brimob, termasuk Jalan Komjen Pol M Jasin yang menjadi jalan utama.
Tidak jauh dari penutupan jalan di perempatan lampu merah Kelapa Dua, sebelum pintu masuk utama Mako Brimob juga diblokade oleh petugas kepolisian yang membawa senjata. Mereka juga menjaga ketat dengan menanyakan identitas serta keperluan orang yang melintas, tapi memang tidak banyak yang diizinkan. Kebanyakan mereka dialihkan arusnya.
Enam orang tewas dalam kericuhan di rumah tahanan di Mako Brimob. Lima di antaranya merupakan anggota kepolisian. Polisi pun akhirnya memindahkan seluruh tahanan narapida teroris ke LP Nusakambangan.