REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso menjamin industri perbankan tidak akan langsung segera menaikkan suku bunga dana dan kredit jika Bank Indonesia benar-benar menaikkan suku bunga kebijakan 7-Day Reverse Repo Rate pada Mei 2018.
Wimboh mengatakan likuiditas perbankan hingga 9 Mei 2018 masih sangat memadai. Kelebihan suplai dana di perbankan tersebut, ujarnya, akan menahan perbankan untuk menaikkan suku bunga dana, meski suku bunga acuan Bank Sentral naik dari level 4,25 persen.
"Kita lihat perbankan ini likuiditasnya masih memadai. Jadi tidak serta merta mesti direspon kenaikan suku bunga deposito," ujarnya seusai jumpa pers di Jakarta, Jumat malam (11/5).
Namun jika merujuk data OJK hingga Maret 2018, indikator likuiditas perbankan, yakni dana pihak ketiga (DPK) justeru mengalami pertumbuhan yang melambat. Dana Pihak Ketiga (DPK) per Maret 2018 hanya tumbuh 7,66 persen (yoy), lebih lambat dibanding Februari 2018 yang sebesar 8,22 persen (yoy).
Sedangkan kredit terakselerasi dengan tumbuh 8,54 persen (yoy) pada Maret 2018, dibanding Februari 2018 yang tumbuh 8,2 persen (yoy). Namun, Wimboh kembali menegaskan likuiditas perbankan masih longgar, bahkan mencukupi untuk mencapai target pertumbuhan kredit tahun ini di 12,22 persen.
Adapun rata-rata suku bunga kredit perbankan hingga Maret 2018 sebesar 11,18 persen, menurut analisis Uang Beredar Bank Indonesia. Sedangkan suku bunga simpanan perbankan dengan tenor 3,6,12 bulan, masing-masing sebesar 5,88 persen, 6,29 persen dan 6,46 persen.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo sebelumnya menyatakan Bank Sentral memiliki ruang besar untuk menaikkan suku bunga acuan 7-Days Reverse Repo Rate pada Mei 2018 ini, setelah anjloknya rupiah yang melewati batas fundamentalnya.
Sejak 1-9 Mei 2018, kurs rupiah terhadap dolar AS melemah 1,2 persen (month to date). Namun depresiasi itu lebih baik dibandingkan Thai Bath 1,76 persen (mtd), dan Turkish Lira 5,27 persen (mtd).
Sementara itu, sejak 1 Januari 2018 hingga 9 Mei 218, Rupiah melemah 3,67 persen (year to date/ytd). Pelemahan itu juga lebih baik dibandingkan Pilipina peso yang sebesar 4,04 persen (ytd), India Rupee 5,6 persen (ytd), Brazil Real 7,9 (ytd), Russian Rubel 8,84 (ytd), dan Turkish Lira 11,42 (ytd).