Jumat 11 May 2018 20:35 WIB

Mantan Tahanan Mako Merasa Aneh dengan Insiden Kemarin

DPR dinilai perlu menelusuri akar permasalahan yang memicu insiden.

Rep: Muhyiddin/ Red: Indira Rezkisari
Senjata yang digunakan napi kasus terorisme dalam drama penyanderaan polisi teronggok di salah satu ruangan Rutan cabang Salemba di Mako Brimob, Kelapa Dua, Jakarta, Kamis (10/5).
Foto: antara
Senjata yang digunakan napi kasus terorisme dalam drama penyanderaan polisi teronggok di salah satu ruangan Rutan cabang Salemba di Mako Brimob, Kelapa Dua, Jakarta, Kamis (10/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan tahanan kasus makar di Rutan cabang Salemba di Mako Brimob, Muhammad Al Khattath merasa prihatin dan aneh atas kerusuhan narapidana teroris di Mako Brimob, Depok. Dia pun mengusulkan agar DPR membentuk tim pencari fakta untuk mengungkap penyebab kerusuhan itu.

Al Khattath mengatakan, saat dirinya ditahan di Mako Brimob dia memang tidak mendapatkan kesan yang buruk. Namun, kata dia, barangkali berbeda perlakuan yang diterima antara dia dengan narapidana kasus terorisme tersebut.

"Tapi tentunya mungkin beda dengan saya. Saya kan kasus makar, kasus politik dengan kasus kawan-kawan yang dituduh teroris ya. Saya kira ini ada sesuatu," ujar Al Khattath saat ditemui di sela-sela Aksi 115, Monas Jakarta, Jumat (11/5).

Baca juga: Warga Asrama Ungkap Detik-Detik Penyanderaan

Menurut dia, jika tak ada sesuatu yang sangat menyentuh hal yang paling mendasar dalam hati, narapidana teroris tak akan semarah itu. "Saya usulkan kepada DPR untuk tim pencari fakta Independen untuk mencari akar masalahnya sebenarnya apa di Brimob itu," ujar dia.

Al Khattath mengatakan tidak pernah mengalami perlakuan tidak pantas dalam skala yang cukup parah. "Karena saya sendiri yang mengalami disana itu tak sampai separah itu, kok jadi separah itu. Seolah-olah diframing bahwa kawan-kawan yang napi terorisme itu brutal dan sebagainya," katanya.

Dia mengatakan, jika tidak ada masalah yang memdasar, kerusuhan itu tentu tidak akan terjadi. Karena itu, dia yakin pasti ada sesuatu yang membuat narapidana teroris itu marah, bukan hanya soal makanan.

"Saya kira nggak akan sampai segitu lah kalau seandainya tak ada sesuatu yang sangat mendasar. Saya rasa ini ada sesuatu yang sangat mendasar. Perlu adanya TPF independen," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement