REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui Pentagon mengaku akan terus melakukan dukungan dan bantuan kepada militer Lebanon. Hal itu akan tetap dilakukan di tengah suara mayoritas Hizbollah di parlemen negara.
"AS tetap berkomitmen untuk membantu kedaulatan, stabilitas, keamanan dan lembaga negara, termasuk militer Lebanon (LAF) sebagai satu-satunya kekuatan bersenjata yang sah di negara itu," kata Juru Bicara Pentagon, Letnan Komandan Rebecca Rebarich, Jumat (15/1).
Rebarich mengatakan, memperkuat hubungan pertahanan AS an Lebanon merupakan hal yang paling penting. Ini mengingat ancaman berkelanjutan yang berasal dari Suriah. Hal itu juga termasuk terus berlanjutnya ancaman ISIS dan agresi Iran.
Rebarich menambahkan, Pemerintah AS dan Lebanon memiliki tujuan serupa. Tujuan tersebut yakni membangun kapasitas angkatan bersenjata Lebanon sebagai satu-satunya pembela sah atas kedaulatan negara.
AS diketahui telah memasok lebih dari 1,5 juta dolar dalam bentuk bantuan militer kepada Lebanon sejak 2006 lalu. Adapun, Hizbullah terlibat dalam perang melintasi perbatasan di Suriah dengan mengirim ribuan pejuang untuk membantu militer Presiden Bashar al-Assad.
Belakangan Hizbullah dan sekutu politiknya memenangkan mayoritas kursi dalam pemilihan parlemen Lebanon pada Senin (7/5) lalu. Mereka menempati lebih dari separuh kursi di Parlemen yang berjumah sekitar 128 tempat duduk.