Ahad 13 May 2018 12:21 WIB

PGI: Pemimpin Agama Perlu Lebih Waspadai Pendukung Terorisme

PGI mengimbau penyebar paham radikalisme lewat dakwah tak diberi panggung.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Reiny Dwinanda
Polisi mengamankan lokasi parkir sepeda motor tempat ledakan bom terjadi di Gereja Pantekosta, Surabaya, Ahad (13/5)
Foto: STR/EPA-EFE
Polisi mengamankan lokasi parkir sepeda motor tempat ledakan bom terjadi di Gereja Pantekosta, Surabaya, Ahad (13/5)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Pdt. Gomar Gultom, menyampaikan tindak kekerasan dengan alasan apapun, tidak akan pernah mampu menyelesaikan masalah. Hal itu hanya akan melahirkan lingkaran kekerasan dan pada akhirnya menuju kehancuran. Dia memberi contoh Suriah yang sekarang ini luluh lantak oleh kekerasan demi kekerasan.

Gomar meyakini tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan pembunuhan. Agama apa pun mengajarkan kemanusiaan, damai dan cinta kasih. "Kesesatan berpikirlah yang membawa penganut agama melakukan kekerasan dan tindak terorisme," kata dia dalam keterangan pers, Ahad (13/5).

Gomar mengatakan para pemimpin agama perlu lebih serius mewaspadai munculnya para pendukung kekerasan dan tindak terorisme yang berbalutkan penginjil atau pendakwah. Menurutnya, program deradikalisasi yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) akan sia-sia jika masyarakat justru memberi panggung kepada para pemimpin agama yang menyebarkan paham radikalisme dan kekerasan lewat dakwah-dakwahnya.

"Saya mengimbau kepada para pemimpin agama dan masyarakat untuk tidak memberi angin dan simpati kepada pelaku kekerasan dan terorisme, apapun motifnya," tutur dia.

Baca juga: MUI: Alquran tak Ajarkan Melakukan Bom Bunuh Diri

Gomar juga mengimbau masyarakat menghentikan penyebaran foto dan video insiden pengeboman karena itulah tujuan teroris, yakni menebarkan rasa takut di tengah masyarakat. Ia mengimbau masyarakat untuk menebarkan kasih dan rasa damai melalui beragam media.

Selain itu, PGI juga mengimbau seluruh elite politik dan masyarakat untuk menghentikan komentar yang justru memperkeruh keadaan. "Janganlah menggunakan peristiwa kekerasan dan tindak terorisme ini untuk menangguk kepentingan politik dan sesaat karena harga yang sedang dipertaruhkan adalah masa depan bangsa," ujarnya.

Ledakan bom terjadi di Surabaya, Ahad (13/5) pagi. Ledakan ini terjadi di tiga gereja yang ada di sana, yakni Gereja Pantekosta Jalan Athena, Gereja GKI di Jalan Diponegoro, dan Gereja Santa Maria.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement