REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Istri korban serangan bom, Nunung Ivanah berharap pelaku pengeboman gereja-gereja di Surabaya dihukum seberat-beratnya. Hal ini diungkapkannya karena suami yang juga berprofesi sebagai polisi, Aiptu Juned menjadi salah satu korban atas kasus tersebut.
"Ya saya harap dihukum seberat-beratnya, kan kasihan banyak korban yang tidak bersalah," kata perempuan berhijab ini saat ditemui Republika.co.id di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Soetomo Surabaya, Ahad (13/5).
Nunung menceritakan, sang suami seperti biasanya mendapatkan jadwal piket di Sabtu malam (12/5). Pada Ahad pagi (13/5), suami biasanya ditempatkan di Gereja Santa Maria Tak Bercela (STMB) di Jalan Ngagel, Surabaya untuk berpatroli. Namun sayangnya, patroli tersebut harus menyisakan peristiwa menggemparkan bagi masyarakat Indonesia.
"Informasinya bapak saat itu ada di pos keamanan bareng satpam dan bapak lukanya parah," ujar dia.
Informasi peristiwa yang menimpa suami diterima Nunung dari istri kepala Polsek Gubeng, Surabaya. Rasa terkejut dan sedih tentu dirasakan Nunung bersama putrinya, apalagi belum lama ini dia harus kehilangan anak keduanya beberapa bulan lalu.
Sang anak yang masih berusia 15 bulan harus dipanggil ke sisi Illahi beberapa bulan lalu. Menurut Nunung, suami langsung dibawa ke ruang operasi karena luka yang dideritanya cukup parah.
Sekitar Ahad sore (13/5), suaminya sudah dipindahkan ke ruang observasi. "Ya, saya harapkan doanya untuk kesembuhan suami saya," tambah dia.
Seperti diketahui, ledakan bom terjadi di tiga gereja di Surabaya. Akibat ledakan ini, dua orang meninggal dunia dan 13 orang mengalami luka. Adapun lokasi pertama terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Jalan Ngagel Madya Utara.
Kedua, di Gereja Kristen Indonesia, Jalan Diponegoro 146. Selanjutnya, ledakan juga terjadi di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), Jalan Arjuna Surabaya.